JAKARTA, KRJOGJA.com – Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan Dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Junaidi Abdillah mengatakan, target penjualan rumah tahun 2020 ini sebanyak 221 ribu unit tidak bakalan tercapai, namun diperkirakan hanya bisa tercapai sekitar 60 persen atau sekitar 132 ribu unit.
”Dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini tidak penjualan rumah tidak bisa kita perkirakan berapa serapannya. Paling Apersi bisa perkirakan hingga akhir tahun 2020 hanya 60 persen. Kondisi saat ini kita tidak bisa tancap gas untuk penjualan, dan kita hanya bisa berharap pandemi ini cepat berlalu,” kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan Dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Junaidi Abdillah, dalam webinar Siasat Industri Menghalau Gempuran Corona, di Jakarta, Kamis (12/11).
Dikatakan, dari 24 provinsi, permintaan penjualan perumahan yang paling tinggi terjadi di Jawa Barat yang mencapai 68 persen. Sedangkan potensi permintaan hunian turun 40 persen di era covid,,“Tapi sebenarnya ini situasi yang membuat pandemi ini yang membuat permintaan yang turun, tapi minat untuk belinya yang membuat rendah,” tegasnya
Dikatakan, saat ini ada beberapa kebijakan dari Apersi untuk bisa mendongkak penjualan perumahan misalnya dari pemerintah, pengembang, hingga bank. Misalnya dari developer adanya DP nol persen, harga jual yang turun , adanya diskon dan pembebasan biaya proses. Kemudian dari pemerintah adanya penurunan tingkat suku bunga dan peningkatan daya angsu serta dari perbankan adalah kemudahan proses dan percepatan, adanya gamemix dimasa pandemi ini untuk ,keringanan angsuran.
Sementara untuk tahun 2021 Juanidi mengatakan, permintaan akan rumah diperkirakan akan peningkatan seiring dengan perbaikan ekonomi serta adanya stimulus dari berbagai pihak.
Sementara itu, Direktur Consumer & Commencial Landing Ban Tabungan Negara ( BTN) Hirwandi Gafar mengatakan, pada tahun 2020 oustanding pembiayaan untuk KPR mencapai Rp 200 triliun yang terdiri dari pembiayaan untuk KPR bersubsidi mencapai Rp 116 triliun lebih, sedangkan KPR non subsidi mencapai Rp 80 triliun. Adapun market share KPR 40 persen, sedangkan untuk market share untuk KPR bersubsdi mencapai 90 persen. (Lmg)
Credit: Source link