JawaPos.com – Desainer pelopor teknik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Wignyo Rahadi sudah berkiprah di industri fashion selama 20 tahun. Ternyata sudah begitu banyak karyanya berupa wastra nusantara dari Sabang hingga Merauke.
Awalnya, Wignyo mulai tertarik dengan kerajinan tenun pada 1995. Saat itu, ia bekerja di industri benang sutera sebagai Manajer Pemasaran karena sering berhubungan dengan pengrajin tenun dan batik untuk mensosialisasikan penggunaan benang sutera. Setelah memperdalam pengetahuan dan teknik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), pada 2000, Wignyo mendirikan usaha tenun di Sukabumi, Jawa Barat dengan nama Tenun Gaya.
Selama 20 tahun ini Wignyo konsisten mengembangkan desain dan teknik kerajinan tenun ATBM yang menghasilkan ragam kreasi baru seperti anyaman bintik, salur bintik, dan benang putus. Kecintaan terhadap wastra Nusantara dibuktikan Wignyo dengan konsisten mengangkat inspirasi dari motif kain tradisional.
“Bagaimana caranya memang dengan sentuhan modern agar dapat diterima oleh lintas generasi. Inovasi tanpa henti dengan ciri khas etnik kontemporer yang unik dan berbeda dengan yang lain,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/12)
“Memang kami berniat lebih coba menyasar pasar milenial agar lebih cinta memakai wastra nusantara dan tampil modern,” tambahnya.
Tak hanya berkreasi dengan tenun ATBM yang dituangkan dalam bentuk kain, sarung, dan selendang, Wignyo menciptakan rancangan berupa ready to wear (busana siap pakai) seperti blouse, dress, kebaya kontemporer, dan kemeja pria. Karya Wignyo telah ditampilkan dalam pameran maupun fashion show di dalam maupun luar negeri, antara lain Perancis, Rusia, Dubai, Jepang, Thailand, dan Filipina.
Ragam wastra Nusantara yang telah direvitalisasi dan dikembangkan oleh Wignyo antara lain Tenun Masalili, Tenun Buton dan Tenun Wakatobi dari Sulawesi Tenggara, Tenun Pringgasela dan Songket Sumbawa dari Nusa Tenggara Barat, Tenun Tanimbar dari Maluku, Songket Sambas dan Tenun Lunggi dari Kalimantan Barat, Ulos dan Songket dari Sibolga-Sumatera Utara, Kain Tapis dari Lampung, Tenun Baduy dan Batik Lebak dari Banten, Batik Betawi, Batik Pringmas dari Banyumas, Bordir Tasikmalaya dan Lhokseumawe.
“Sebagai upaya turut mendorong pengembangan dan penguatan potensi usaha produk fashion sekaligus pariwisata daerah di Indonesia, kami menampilkan koleksi rancangannya dengan menggunakan hasil pengembangan kain tradisional dalam fashion show yang bertempat di destinasi wisata bersejarah yang menjadi unggulan daerah tersebut. Jadi kami bertanya pada setiap destinasi, apa yang cocok sebagai oleh-oleh wisatawan,” katanya.
Seperti Tenun Masalili yang ditampilkan di Taman Bakau di Kendari, Sulawesi Tenggara; Ulos yang ditampilkan di Pulau Musala di Sibolga, Sumatera Utara; Batik Betawi yang diperagakan di Pasar Seni Ancol, Jakarta; Tenun Baduy dan Batik Lebak yang diperagakan di Benteng Speelwijk di Banten; dan Batik Jambi yang ditampilkan di Candi Muaro Jambi.
Dedikasi Wignyo untuk melakukan pengembangan kerajinan tenun secara berkelanjutan berhasil menuai berbagai apresiasi dari tingkat nasional hingga internasional. Antara lain Penghargaan sebagai Pemenang dalam UNESCO Award of Excellence for Handicrafts in South-East Asia and South Asia 2012 untuk produk selendang pengembangan motif Rang-rang–Nusa Penida, Bali; World Craft Council Award of Excellence for Handicrafts in South-East Asia and South Asia 2014 untuk produk selendang pengembangan motif Tabur Bintang–Sumatera Barat dan produk selendang pengembangan motif Ulos Ragidup–Sumatera Utara; dan Lomba Selendang Indonesia 2018 oleh Adiwastra Nusantara kategori Selendang Tenun Katun dengan judul Tapis Motif Belah Ketupat.
Komitmen Wignyo dalam membina para pengrajin tenun di berbagai daerah mendapat penghargaan dari Pemerintah berupa UPAKARTI kategori Jasa Pengabdian pada bidang usaha pengembangan industri tenun di tahun 2014. Pengembangan industri tenun yang dilakukan di Sukabumi, Jawa Barat mendapat penghargaan One Village One Product (OVOP) bintang 4 dari Kementerian Perindustrian di tahun 2015.
Busana rancangan Wignyo telah dikenakan oleh para figur publik, antara lain Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Iriana Joko Widodo, Mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beserta keluarga besar, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, serta tokoh publik lainnya.
Wignyo aktif di sejumlah asosiasi, antara lain Indonesian Fashion Chamber (IFC) sebagai National Vice Chairman bidang Institution Relations periode 2019-2024, Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) sebagai Staf Ahli periode 2019-2024, Dekranasda DKI Jakarta sebagai Tim Perencanaan Strategis periode 2020-2022, Dewan IKRA Indonesia periode 2020-2022, Dewan Serat Indonesia periode 2020-2024, dan Traditional Textile Arts Society of South East Asia bidang Research & Development periode 2017–2022. Sebelumnya menjabat sebagai Ketua Harian Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) periode 2015-2016.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link