Presidium Pena 98 menggelar acara pameran fhoto dan diskusi
Jakarta – Presidium Pena 98 menggelar acara pameran fhoto dan diskusi di 11 daerah termasuk di Jakarta selama sebulan kedepan dengan tema “20 Tahun Reformasi: Untuk Alasan Apapun Kami Tidak Mau Kembali Ke Orde Baru”.
Demikian disampaikan ketua panitia acara Pameran Fhoto dan Diskusi, Fendi Mugni kepada wartawan saat pembukaan pameran Fhoto di Graha Pena 98, Kemang Utara no 22 Jakarta, Kamis (26/2/2018).
“Pameran foto dan diskusi hampir 1 bulan penuh, mulai 26 April sampai 21 Mei,” ujarnya.
Ke 11 kota tersebut tambah Fandi yaitu Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Jatim, Bali, Makasar, dan Palu. “Selama hampir 1 bulan ini, selain kita pameran foto dokumentasi gerakan reformasi di 20 tahun yang lalu, kita juga adakan diskusi selama hampir 1 bulan. Ada 9 diskusi yang kita adakan,” terangnya.
Menurut Fandi kegiatan tersebut sebagai refleksi 20 tahun gerakan reformasi yang sudah dilakukan. “Sudah 20 tahun tapi semangat itu tetap ada, harapan terhadap Indonesia baru, yang kita cita-citakan masih tetap ada dan kita berupaya ikut bisa ikut serta dan andil menjaga agar Indonesia yang kita inginkan dapat terwujud,” tandas Aktivis Forkot tersebut.
Sementara itu, Sekjen Pena 98, Adian Napitupulu menjelaskan bahwa 20 tahun lalu hampir seluruh mahasiswa Indonesia bergerak dengan kedudukan yan sama sebagai akumulasi kekecewaan pemerintahan Orba.
“Kita tahu ada banyak kekerasan, ancaman, ketidakadilan, kesewenangan yang dilakukan Orba merata hampir pada seluruh rakyat Indonesia, ada petani, nelayan, mahasiswa hampir di semua daerah, Kita ingat dulu ada mahasiwa yang ditembak mati di Makasar,” katanya.
“Terhadap Papol PDIP 27 Juli tahun 1996, kemudian terhadap nelayan termasuk kekerasan yang bernuasna politis dimana kebebasan dihambat, kemerdekaan berserikat dihambat,” tegasnya.
Akumulasi itu kata Anggota DPR ini membuat mahasiswa bergerak dengan harapan Indonesia menjadi negeri dibangun diatas demokrasi yang membuat manusia sama tanpa harus membedakan asal usulnya, latar pendidikan, sukunya.
“Jadi kalau dibilang siapa ssunggungnya yang terlibat dalam aksi 98 tidak bisa dlihat dari tanggal 21 Mei saja tapi harus dilihat dari beberapa waktu sebelumnya, termasuk sikap-sikap mereka terhadap pemerintah Soeharto saat itu. Banyak orang yang mengaku kita yang dia itu tokoh reformasi, tapi kita buka rekam jejak sejarah, mereka adalh pendukung Soeharto tahun 97 untuk jadi presiden kesekian kalinya,” cetusnya.
Untuk itu, kata Adian menjadi tugas dirinya dan teman-teman seperjuangan dalam reformasi 20 Tahun lalu untuk mengingatkan terus menerus tentang sejarah yang terjadi sehingga tidak dimanipulasi.
“Walapun kita sadar kita tidak punya apa-apa sehingga tidak bisa bangun narasi sejarah dalam versi kita, sehingga sekarang dimanipulasi oleh mereka yang justru mengaku sebagai tokoh reformasi,” pungkasnya.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/33248/Refleksi-20-Tahun-Reformasi-Pena-98-Serukan-Tolak-Orde-Baru/