JawaPos.com – Tensi antara Rusia dan Ukraina makin memanas setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
“Ketegangan antara Rusia dan AS di Ukraina dampak ke sektor keuangan paling terasa ya,” kata Bhima saat dihubungi oleh JawaPos.com, Kamis (24/2).
Bhima meminta agar pemerintah untuk melakukan APBN perubahan untuk menyesuaikan kembali beberapa indikator asumsi pertumbuhan ekonomi, khususnya nilai tukar rupiah dan inflasi. Sebab, kenaikan inflasi nantinya dapat lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.
Bhima memaparkan, saat ini rupiah sudah bergerak di level Rp 14.500 per USD dan diperkirakan akan mendekati level Rp 15.000 per USD jika konflik eskalasinya semakin meluas dan melibatkan banyak negara.
“Jadi ini menimbulkan de stabilitas di kawasan dan tentunya ini akan merugikan prospek pemulihan dan stabilitas moneter yang ada di Indonesia karena bertepatan dengan tappering off dan juga kenaikan suku bunga yang terjadi di negara-negara maju,” jelasnya.
Editor : Edy Pramana
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link