JawaPos.com – Pemerintah kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk wilayah Jawa dan Bali karena kasus penularan Covid-19 yang makin meningkat. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, keputusan berat ini harus diambil, karena perekonomian akan lebih buruk jika kebijakan tersebut tidak dilakukan.
Sri Mulyani menambahkan, jika kasus penularan Covid-19 meningkat setiap harinya, maka akan memicu kecemasan para pelaku usaha. PSBB tentu akan berdampak pada perekonomian. Namun, sekali lagi kata Sri Mulyani, ini harus dilakukan.
“Kalau itu tidak dilakukan dan (kasus) getting worse, perekonomian juga akan buruk. Jadi, pilihannya tidak terlalu banyak,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (6/1).
Ani – sapaan Sri Mulyani – mengakui, PSBB yang diberlakukan di DKI Jakarta awal Maret dan September memang berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, tampaknya, memang tak ada pilihan lain untuk menangani kasus penyebaran Covid-19 di Tanah Air, selain menerapkan PSBB.
“Covid-19 ini memang harus dikelola secara luar biasa. Makanya istilah gas dan rem sangat penting,” ucap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
baca juga: Pemerintah Putuskan PSBB di Pulau Jawa dan Bali
Ani menjelaskan, PSBB akan mengubah banyak aktivitas masyarakat. Kegiatan bekerja di kantor (WFO) dibatasi 25 persen, sedangkan bekerja dari rumah (WFH) sebesar 75 persen. Selain itu, akan ada pembatasan operasional pusat perbelanjaan dan perkantoran.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilanjutkan. Kapasitas restoran maksimal hanya 25 persen dan diutamakan pelayanan dibawa pulang (take away). Ani meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan selama PSBB diterapkan dan selama pandemi berlangsung.
Dengan begitu pemberlakuan PSBB Jawa-Bali akan berjalan efektif. Kepatuhan terhadap protokol kesehatan sangat membantu mempercepat berakhirnya pandemi dan pemulihan ekonomi.
baca juga: PSBB Jawa-Bali, Apindo: Tak Efektif Jika Disiplin Protokol Kendur
“Kita harus terus berusaha menjaga dan peringatkan satu sama lain sehingga selalu pilihannya adalah agar Covid-nya tetap terkendali dan dampak ekonominya tidak terlalu dalam atau kalau ekonominya meningkat tidak menyebabkan Covid-19 menyebar tidak bisa terkendali,” tutupnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link