Seniman Dituntut Kreatif di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

by

in
Aktor dan Model Christian Sugiono (kiri) dan Wawan Rusiawan (tengah) seusai menjdi narasumber Talkshow Online “Solusi Kreatif Industri Film Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru,” Selasa (13/10). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Industri kreatif Indonesia saat pandemi COVID-19 berlangsung mengalami penurunan signifikan. Sektor usaha ekonomi kreatif, seperti industri film, periklanan hingga seni pertunjukkan, juga tak luput dari kelesuan ini.

Produser Teather dan juga Aktris senior Indonesia, Happy Salma pada Talkshow Online “Solusi Kreatif Industri Film Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru”, Selasa (13/10), mengakui hal tersebut. Berdasarkan pengalamannya selama masa pandemi, industri film dan seni peran Indonesia sangat terpengaruh.

Bahkan, tidak sedikit para pekerja seni film Indonesia yang kehilangan pekerjaan. Meskipun demikian, di tengah pandemi, para seniman dituntut untuk tetap kreatif dan produktif. Ia pun mengungkapkan keberhasilannya membuat beberapa teater daring selama pandemi ini.

Aktor dan model Christian Sugiono pun menceritakan pengalamannya untuk tetap bisa bertahan dan beradaptasi dengan kebiasaan baru. Tian, demikian dia akrab disapa, mengatakan bahwa industri peran saat ini dituntut tetap produktif. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para penggiat seni film Indonesia saat ini sudah disesuaikan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Dia menceritakan proses syuting yang saat ini sedang dilakukan istrinya Titi Kamal, dilakukan di lokasi yang jauh dari keramaian. Para crew, pemain yang terlibat dalam produksi film tersebut tetap menjalankan protokol kesehatan, demi menjaga keamanan seluruh tim yang bertugas.

Untuk beradaptasi dengan keadaan baru pada masa pandemi, digital media menjadi salah satu tren baru bagi masyarakat Indonesia. Layanan OTT, TV Berbayar dan Online Streaming mengalami pertumbuhan signifkan, seperti diutarakan Martinus Faisal selaku Chief Strategy Officer Go-Play Indonesia.

Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Wawan Rusiawan, menyampaikan, pihaknya sangat membutuhkan ketersediaan data. Oleh karena itu, Kemenparekraf/Baparekraf melalui Direktorat Kajian Strategis membuat Program Bincang Inklusif Seputar Metadata (BISMA) sebagai sarana mengumpulkan data pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Juga sebagai sarana untuk Knowledge Sharing antar dan kepada pelaku yang terdata. (Winatha/balipost)

Credit: Source link