Warga Ghouta
Jakarta – Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa 41 warga sipil termasuk enam anak, teqas dalam serangan udara di distrik Kafr Batna di Suriah pada Jumat di tengah eksodus massal dari daerah yang dikuasai pemberontak.
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Inggris mengatakan lebih dari 25 razia menargetkan tempat di Saqba, Ein Tarma, Kafr Batna dan Hazza. Saat serangan udara berlanjut, sekitar 2.000 orang melarikan diri dari daerah yang dikuasai pemberontak setelah dilaporkan bahwa antara 12.000 dan 13.000 orang telah meninggalkan Damaskus semalam dan Jumat pagi.
Pada Kamis, ribuan orang meninggalkan daerah kantong Ghouta Timur karena pasukan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad maju ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak – menjadikannya pemindahan massa terbesar di daerah kantong sejak pasukan rezim dan sekutu mereka pertama-tama memulai pengepungan mereka terhadap daerah tersebut di 2013.
Sejak 18 Februari, kelompok hak asasi manusia memperkirakan 1272 warga sipil, termasuk 252 anak-anak dan 171 perempuan, telah terbunuh oleh serangan udara, roket dan artileri di kota-kota Syria.
Menurut juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ravina Shamdasani, bersama dengan Ghouta Timur, kota Afrin yang dikuasai Kurdi sekarang berada di antara “titik api yang memburuk” di Suriah.
“Kami telah menerima laporan yang sangat mengkhawatirkan dari Afrin di Suriah mengenai kematian dan luka-luka warga sipil akibat serangan udara dan serangan darat,” ujar Shamdasani dilansir UPI.
“Ada juga kekurangan air yang parah akibat penghancuran stasiun pemompaan serta penguasaan sumber daya air lainnya oleh pasukan pimpinan Turki.” Shamdasani menambahkan bahwa satu-satunya rumah sakit di daerah tersebut, Rumah Sakit Afrin, diliputi oleh masuknya orang-orang yang terluka.
Dana Anak-anak PBB melaporkan bahwa Afrin telah menderita kekurangan air yang parah, bahkan keluarga hanya mengandalkan air kotor, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit hingga 250.000 orang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah pada hari Jumat bahwa dia “sangat prihatin” dengan keputusasaan orang-orang yang melarikan diri dalam eksodus massal dari Ghouta Timur dan Afrin.
“Saya mendesak semua pihak dalam konflik untuk sepenuhnya menghormati hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional dan menjamin perlindungan warga sipil,” kata Guterres.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitranya sepenuhnya dimobilisasi untuk segera membawa bantuan untuk menyelamatkan nyawa ke semua pihak yang membutuhkan,” lanjutnya.
Sementara itu, menteri luar negeri dari Rusia, Iran dan Turki bertemu di Astana, Kazakhstan, untuk menangani situasi di Suriah pada hari Jumat.
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dan rekan-rekannya dari Rusia dan Turki, Sergei Lavrov dan Mevlut Carusoglu mengeluarkan sebuah pernyataan bersama setelah pertemuan tersebut untuk menegaskan kembali “komitmen kuat dan terus berlanjut terhadap kedaulatan dan kemerdekaan, kesatuan serta integritas teritorial Republik Arab Suriah.”
Presiden dari tiga negara diharapkan untuk berbicara tentang Suriah lagi dalam sebuah pertemuan puncak pada tanggal 4 April, dengan situasi di Ghouta Timur diperkirakan akan menjadi pusat perhatian dalam perundingan.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/30713/Serangan-Udara-Suriah-Tewaskan-Puluhan-Warga-Ghouta-/