Perusahaan sekuritas telah melakukan inovasi dengan menawarkan kemudahan akses berinvestasi. Harapannya, mampu menarik generasi milenial yang memiliki kepekaan terhadap teknologi. Meski demikian, alangkah baiknya mempelajari dulu sebelum memilih instrumen yang ada.
—
NYALA financial coach Jonathan End menuturkan, berinvestasi sebaiknya berdasar kebutuhan. Tetapkan tujuan finansial lebih dulu. Kemudian, susun strategi.
Yang perlu diingat, investasi bukan jalan pintas untuk cepat kaya. Semuanya butuh proses. ”Tidak pas ketika berinvestasi hanya karena ikut-ikutan,” kata Jonathan kepada Jawa Pos saat launching financial fitness gym dari Nyala OCBC NISP di The COVE, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, (20/10).
Dia menekankan, hidup adalah maraton. Begitu pula investasi. Artinya, harus ada persiapan. Tidak ada yang instan. Yang penting, melakukan setiap prosesnya secara konsisten.
”Sayangnya, yang sering dipikirkan banyak orang itu cuma cuan… cuan…cuan. Nah, ini justru yang membuat terjebak di investasi bodong karena tidak memikirkan risikonya,” ungkap founder Growth Space itu.
Kaum milenial bisa memakai analogi sepak bola untuk berinvestasi. Konsepnya, kiper dan pemain belakang sebagai pertahanan atau fondasi. Gelandang sebagai penyeimbang. Striker sebagai pencetak return.
Jonathan menjelaskan, fondasi keuangan berupa dana darurat harus kuat sebelum berinvestasi. Jika masih single, kebutuhan dana darurat minimal tiga sampai empat kali dari pengeluaran bulanan. Jika sudah menikah, kebutuhannya minimal enam kali pengeluaran bulanan. Kalau punya anak, kebutuhan dana darurat minimal 12 kali dari pengeluaran bulanan.
Mengingat, dana darurat adalah cadangan keuangan yang harus ada jika suatu saat dibutuhkan. Karena itu, pastikan memilih instrumen investasi yang mudah dicairkan dan memiliki risiko yang rendah. Misalnya, tabungan atau deposito.
Dengan rata-rata pendapatan di DKI Jakarta Rp 5 juta, menabung Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per bulan itu sudah bagus. Daripada terlalu fokus memikirkan cuan, lebih baik fokus memperbaiki fundamental yang justru sangat penting. ”Setelah fondasi harus kuat, baru mikirin investasi,” tegasnya.
Sejumlah analis maupun ekonom memperkirakan perekonomian tahun depan bakal lebih menantang. Bahkan, Presiden Joko Widodo mewanti-wanti bahwa ekonomi 2023 akan gelap. Isu tersebut praktis membuat investor milenial cukup waswas.
Jonathan menilai, rasa takut bagus untuk mengajari investor lebih berhati-hati. Tapi, jangan terlalu terjebak dalam perasaan itu. Artinya, bisa lebih memilih instrumen yang low risk. ”Jangan masa depan tidak pasti, malah justru memilih yang high risk. Makin kacau nanti,” ujarnya. Instrumen reksa dana pasar uang, surat berharga negara (SBN) ritel bisa menjadi pilihan karena lebih rendah risiko.
Di sisi lain, bagi yang telanjur berinvestasi di instrumen high risk seperti saham, jangan panik. Jangan fear of missing out (FOMO). Selama yang dipakai berinvestasi uang dingin, lebih baik diamkan saja. ”Toh, penurunan itu sementara. Bisa naik lagi ke depan,” ucapnya.
Emas juga bisa menjadi pilihan. Apalagi dengan kemajuan teknologi, caranya bisa melalui tabungan emas. Bisa membeli mulai nominal yang kecil. Instrumen itu bisa menjadi pilihan sebagai upaya diversifikasi.
Melihat pola sebelumnya, ketika krisis, harga emas cenderung naik. Selain itu, sebaiknya berorientasi jangka panjang. Sebab, untuk instrumen emas terdapat selisih harga jual dan beli. ”Artinya, investasi kalau ada tujuan bisa bikin lebih mudah mengatur dan menyusun strategi keuangan,” jelasnya.
Nyala financial coach Felicia Putri Tjiasaka mengajak untuk tidak takut dalam menghadapi situasi ekonomi pada 2023. Tidak perlu uninstall apps investasi dan panik jual saham saat di bawah. Juga, jangan FOMO beli saham yang naik. Cukup menabung rutin seperti biasa.
Lebih baik bertahan dulu. Sebab, inflasi yang tinggi dan resesi dunia sedang mengancam. Bisa menaikkan 50–100 persen dana darurat. Bisa juga menaruhnya di reksa dana pasar uang atau SBN ritel.
Lalu, sebisanya melunasi utang. Terutama yang berbunga mengambang alias floating sebelum suku bunga kredit naik. ”Mari berempati dengan hidup hemat, yuk,” kata Felicia.
Cara terakhir adalah menemukan pemasukan tambahan dari pekerjaan sampingan. Mengingat, resesi berpotensi memicu munculnya badai pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada masa seperti ini, karyawan kantoran justru sangat berisiko tinggi.
”Nggak ada ruginya punya banyak keran pendapatan lain. Cari yang flexible working hour, yang remote working, dan jangan resign dari pekerjaan saat ini,” tuturnya.
Maka, bagi Felicia, yang paling penting sebelum berinvestasi adalah membentuk pola pikir alias mindset. Itu susah-susah gampang. Uang itu easy come, easy goes. Apa pun yang cepat datang, cepat juga pergi.
”Sebaiknya, jalani aja prosesnya. Ketika sudah di atas nanti, jadi bisa memahami. Meski memang disadari bahwa aktivitas sosial seseorang selalu memberikan tekanan,” ungkapnya.
TIPS JAGA KEUANGAN DI 2023 ALA NYALA FINANCIAL COACH OCBC NISP
– Jangan takut, FOMO, dan panik.
– Tingkatkan dana darurat 50–100 persen.
– Hidup hemat (mindful spending).
– Lunasi utang yang memiliki bunga mengambang.
– Temukan sumber pendapatan baru.
INSTRUMEN YANG DIREKOMENDASIKAN:
– Reksa dana pasar uang
– Surat berharga negara (SBN) ritel
– Emas
Credit: Source link