JawaPos.com – Presiden Joko Widodo mengatakan Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia saat ini tersisa 14,8 persen yang dikuasai asing. Hal ini menurun jika dibandingkan sebelumnya yang mencapai 38,5 persen.
Menurutnya, Indonesia perlu berani melakukan reformasi struktural agar SBN yang dikuasai asing bisa kembali dikuasai negara sendiri. Hal itu dinilai penting agar tidak membahayakan bagi ekonomi makro Indonesia, termasuk urusan terkait SBN.
“Saat itu (porsi SBN) 38,5 persen itu dikuasai oleh asing. Sekarang, tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing. Karena kalau terus dikuasai asing, goyah sedikit saja, makro kita langsung keluar berbondong-bondong goyah pasti kurs (rupiah) kita,” ujar Jokowi saat memberi sambutan dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz-Charlton, Jakarta pada Rabu (21/12).
Sebelumnya, pada kesempatan yang berbeda Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan terdapat dana asing kabur dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia sebesar Rp 132,69 triliun sejak 1 Januari 2022 hingga 15 Desember 2022.
Menurutnya, keluarnya dana asing dari pasar SBN tak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga terjadi di negara-negara pasar berkembang dan negara maju.
“Selama 2022, modal asing yang kabur dari negara berkembang tercatat sebesar USD 72,6 milar atau sekitar 16 persen dari assets under management (AuM) atau dana kelolaan,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA secara daring, Selasa (20/12).
Sementara di pasar SBN negara maju, modal asing yang keluar tercatat senilai USD 165 miliar per 15 Desember 2022 atau 2,5 persen dari dana kelolaan. Meski begitu, Menkeu menyebut bahwa keluarnya modal asing di pasar SBN Indonesia tidak menimbulkan volatilitas imbal hasil atau yield SBN.
Sebab, kata Sri Mulyani, SBN kepemilikan asing di Indonesia sudah menurun sebesar 14,64 persen dari tahun 2019 yang tercatat sebanyak 38,57 persen.
Perbankan dan Bank Indonesia (BI) kini mendominasi kepemilikan SBN, yakni masing-masing 24,54 persen dan 25,58 persen. Selain itu, SBN Indonesia juga tercatat dimiliki oleh perusahaan asuransi dan dana pensiun masing-masing sebesar 16,84 persen dan 18,4 persen.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link