MENJALANI hidup dengan mengalir, mengantar Slamet Suheri (31) menuai kesuksesan. Bayangkan, di usia yang relatif belia, warga Karangdowo Klaten itu kini punya bisnis yang omzet perbulan tembus setengah miliar rupiah. Hebatnya, usaha tersebut benar-bemar dirintis dari nol. “Tahun 2013, saya mulai usaha dengan modal lima puluh ribu (rupiah),” katanya.
Slamet kini dikenal sebagai juragan makanan beku. Pilihan usaha tersebut datangnya juga tak terencana. Dahulu, tahun 2010, dia bekerja sebagai karyawan agen makanan beku seperti sosis, nugget, cireng dan berbagai olahan lain di kawasan Janti Yogyakarta. Karena tiap hari pekerjaannya bergulat dengan makanan olahan yang dibekukan, membuatnya paham jenis olahan yang diminati konsumen.
“Ketika itu yang paling laku mie sosis. Bahannya sederhana, hanya mie kering. Cara memasak dan mengemasnya juga mudah. Kebetulan ada distributor ‘frozen food’ menyarankan, jika bisa membuat mie sosis sendiri, mengapa tidak coba bikin dan dia sanggup membantu memasarkan,” kenang Slamet.
Ditawari peluang bagus, Slamet tak mau menyia-nyiakan. Dengan penuh keberanian, Slamet yang hanya lulusan SD, pada 2013 memutuskan keluar dari pekerjaan. Dengan modal Rp 50 ribu, dia belanja mie kering. Lalu dimasak di rumah, dikemas dan dititipkan ke distributor. Sebagian langsung ke pedagang makanan. Sasaran pasarnya adalah para pedagang makanan yang mangkal di sekolah.
Pada awalnya perjalanan usaha Slamet tidak semulus sekarang. Beberapa kali mengalami kendala. Terutama permodalan, karena latar belakang keluarga Slamet memang bukan orang berada. “Orang tua saya buruh tani. Pernah ikut program transmigrasi ke Bengkulu, tapi gagal dan kami pulang kampung tahun 2001,” ungkapnya.
Karena sadar lahir dari keluarga jelata, maka ketika sudah memutuskan memilih berwiraswasta membikin dan jualan mie sosis, Slamet berjuang sekuat tenaga dengan memeras keringat serta mencari cara agar usahanya berjalan dan berkembang. “Dahulu, semua omzet penjualan saya belikan bahan baku dengan tujuan agar dagangan cepat bertambah,” ujarnya.
Dengan penambahan dagangan, membuatnya harus semakin semangat memperluas jangkauan pemasaran. Ketika itu untuk menopang mobilitas usaha dengan sepeda motor. Ketekunan dan semangat juang membangun usaha terus berkobar. “Sekarang pemasaran di Solo Raya, Semarang dan Yogya. Omzet perbulan antara empat ratus sampai lima ratus juta,” jelasnya. (MP)
Credit: Source link