JawaPos.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan tantangan perekonomian pada April 2022 sudah bergeser. Dari pandemi Covid-19, kini tantangan perekonomian didominasi kenaikan harga-harga, baik karena disrupsi suplai maupun tekanan geopolitik.
“Kenaikan harga yang ekstrem ini menyebabkan pengetatan dari sektor moneter yang menyebabkan suku bunga naik dan likuiditas yang ketat,” ungkap dia secara daring, Kamis (26/5).
Ia menyebut terdapat empat tantangan yang harus dihadapi dalam perekonomian Indonesia, yakni inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas dan pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
“Ini adalah risiko yang harus jadi pusat perhatian kita untuk tahun ini dan tahun depan,” terangnya.
Oleh karena itu, APBN tetap menjadi instrumen yang utama dan pertama di dalam melindungi ekonomi dan masyarakat. Ia menilai konsolidasi APBN menjadi suatu keharusan demi menjaga APBN yang sehat dan berkelanjutan.
“Karena kalau tidak dalam situasi inflasi tinggi, suku bunga tinggi, likuiditas ketat, dan pertumbuhan ekonomi lemah, APBN tidak boleh lemah atau harus segera sehat,” ungkap Ani, panggilan akrabnya.
Adapun, tiga fokus pemerintah pada tahun ini, pertama adalah menjaga pemulihan ekonomi sehingga tetap terjaga momentumnya. Kedua, menjaga daya beli masyarakat dan ketiga, menjaga kesehatan dan keberlanjutan APBN.
“Untuk itu, kita akan terus bekerja sama dengan seluruh Kementerian Lembaga dan juga dengan DPR agar APBN bisa terus terjaga dengan baik untuk bisa mendukung pemulihan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat, dan menjaga kesehatan APBN sendiri,” pungkasnya.
Credit: Source link