JawaPos.com – Hingga berganti tahun, banjir dampak luapan Kali Lamong masih menggenangi 16 desa di wilayah Kecamatan Cerme. Genangan di permukiman memang sudah berangsur-angsur surut. Namun, tidak untuk wilayah sawah atau tambak. Air menghampar luas bak lautan. Setidaknya, ada 1.155 hektare tambak yang masih tergenang.
Beberapa kawasan tambak yang terdampak banjir Kali Lamong, antara lain, Desa Tambakberas, Banjarsari, dan wilayah sekitar Kali Lamong. Sampai Jumat (1/1), ketinggian air yang menggenangi tambak diperkirakan sekitar 2 meter. Bahkan, genangan air dari tambak itu sampai meluber ke Jalan Raya Cerme.
Tak pelak, dalam seminggu terakhir, akses lalu lintas di jalan nasional tersebut sedikit tersendat. Pengendara sepeda motor memilih pelan-pelan ketika melewati genangan air dengan ketinggian 5–10 sentimeter itu. Biasanya genangan tersebut juga meninggalkan lubang-lubang jalan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Gresik Tarso Sugito mengatakan, di wilayah Kecamatan Cerme, yang mengalami kerugian terbesar akibat banjir Kali Lamong adalah para petani tambak. Karena tambak mereka terendam, tentu saja ikan-ikannya berpotensi hilang. Total kerugian bisa mencapai miliaran rupiah.
Selain tambak, lanjut Tarso, banjir masih menggenangi sejumlah rumah penduduk. Berdasar data terakhir, setidaknya ada 1.040 rumah warga yang masih terdampak. Di antaranya, di Desa Dungus dan Morowudi. Namun, ketinggian air tinggal 5–10 sentimeter. Lalu, khusus untuk Perumahan Prismaland Desa Guranganyar, sejauh ini 270 rumah warga masih terendam dengan ketinggian air 1 meter.
’’Genangan di Jalan Morowudi juga sudah menurun. Ketinggian air tinggal 20 sentimeter. Sebelumnya akses itu ditutup, kini sudah diperbolehkan untuk dilalui kendaraan. Namun, pengendara harus berjalan pelan-pelan,’’ ungkapnya.
Setiap kali terjadi musibah banjir akibat luapan Kali Lamong, banyak kalangan berempati. Mereka tergerak bahu-membahu untuk membantu warga terdampak. Baik perorangan, komunitas, maupun perusahaan.
Beberapa komunitas seperti Sanggar Maos Tradisi, Relawan Milenial Gresik, Pekerja Seni, PPAJT Gresik, PSSG, hingga PPSC juga menggalang dana untuk korban banjir Kali Lamong. Aksi sosial itu dilakukan di depan sebuah kafe Kecamatan Manyar. ’’Kami ingin membantu dan meringankan beban saudara-saudara yang terdampak banjir,’’ kata Tarwoko, pemilik kafe.
Sejak banjir Kali Lamong datang, pihaknya ikut turun ke lokasi di Benjeng untuk membagikan sembako. Ternyata, banyak elemen yang juga tergerak dan bersemangat untuk menggelar aksi lagi.
’’Karena itu, kami melakukan aksi penggalangan dana lagi,’’ jelasnya.
Ketua Relawan Milenial Gresik Ekky Sinaga menambahkan, kepedulian yang dilakukan murni gerakan sosial, bukan lagi sebagai gerakan politik.
’’Pilkada sudah selesai, saatnya kita kembali menjadi satu. Untuk sama-sama peduli dan berbagi kepada siapa pun yang sedang terkena musibah,” tuturnya.
Baca Juga: Timbulkan Keresahan Masyarakat, DPR: Pembubaran FPI Sudah Tepat
Pernyataan senada disampaikan Iham Alfin Saputra, aktivis Sanggar Maos Tradisi. Dia mengatakan, para generasi milenial jangan sampai berdiam diri atau bahkan larut dengan isu hate speech atau ujaran kebencian yang kerap berkembang di media sosial.
’’Anak muda harus peduli, memiliki rasa kemanusiaan, membangun kultur gotong royong. Jangan sampai tradisi itu punah di kalangan kaum milenial,’’ terang Alfin.
Kepedulian tersebut, lanjut dia, bukan pada berapa jumlah dan apa wujud bantuan yang diberikan.
Saksikan video mearik berikut ini:
Editor : Dhimas Ginanjar
Reporter : son/yog/c7/hud
Credit: Source link