KRJOGJA.com. – DALAM waktu dua tahun PT Taru Martani, perusahaan cerutu dan tembakau iris sering mendapat kunjungan berbagai pihak. Dari masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri, hingga para pejabat daerah sampai pusat. Seakan ada magnit yang menguat sehingga menarik mengunjungi perusahaan yang berdiri sejak 1918 atau sudah berusia lebih 100 tahun.
Pembenahan yang dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, menjadikan perusahaan ini memiliki banyak cerita. Diantaranya dilakukan perubahan strategi bisnis, dari pasif menerima order menjadi aktif produksi. Selain itu bagaimana dinamika dinamika perjuangan mempertahankan karyawan, memberdayakannya, mengoptimalkan pasar, hingga menjadikan omzet meningkat tajam dan memperoleh keuntungan yang fantastis.
Cerita-cerita itu ditangkap oleh tamu, kemudian menjadi kajian untuk diterapkan di tempat asal mereka. Cerita itu juga meningkatkan kepercayaan para relasi bisnis terhadap Taru Martani.
Bangunan heritage Taru Martani yang telah direvitalisasi ternyata menjadi daya tarik lain untuk dikunjungi. Revitalisasi bisa diwujudkan seiring dengan meningkatnya laba perusahaan.
Karena cerita dan bangunan tersebut mengesankan, maka banyak tamu yang mengusulkan, agar dijadikan salah destinasi wisata di Yogyakarta. Di mana pengunjung, selain melihat bangunan heritage juga mendapat informasi mengenai industri cerutu yang penuh histori, untuk kemudian membawa produk Taru Martani sebagai oleh-oleh. Terlebih saat ini, di lokasi tersebut sudah didirikan Resto and Café Taru Martani yang belakangan juga ramai dikunjungi.
Direktur PT Taru Martani, Drs Nur Achmad Affandi MBA mengungkapkan, soliditas karyawan menjadi salah satu kunci kebangkitan usaha dapat terwujud. Soliditas tersebut terbentuk setelah terbangunnya optimisme karyawan atas potensi kebangkitan Taru Martani, dengan melihat analisa pasar produk tembakau dan cerutu.
Baca Juga
Diinstruksikan Sultan, Taru Martani Ikut Jaga Stabilitas Pangan DIY
Optimisme yang terbangun itu kemudian dapat menghindari pelaksanaan agenda pengurangan karyawan (PHK). Karena omzet dan laba perusahaan mengalami peningkatan tajam, maka yang dibutuhkan penambahan karyawan. Maka seiring meningkatnya produktvitas perusahaan, jumlah karyawan meningkat dari 193 karyawan di tahun 2017 menjadi 208 karyawan pada tahun 2021.
Menurut Mantan Ketua Kadin DIY ini, hadirnya optimisme karena yakin pasar industri cerutu dan tembakau yang diproduksi Taru Martani masih sangat besar. Karena berdasarkan riset data, bahwa pengguna tembakau sebesar 30 persen. “Sebagian dari jumlah itu, merupakan pengguna cerutu dan tembakau linting, maka dapat dikatakan pasar masih terbuka lebar,” ujar Nur Achmad Affandi yang ditunjuk Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi direktur sejak 2018.
Keyakinan itu terbukti. Melalui peningkatan kualitas dan membangun kembali pasar dan distribusi, omzet Taru Martani tahun 2018 semula Rp 11,619 miliar naik terus dari tahun ke tahun, yakni Rp 13,255 miliar (2019). Kemudian omzet melonjak menjadi Rp 41,906 miliar (2020) dan Rp 43,467 miliar (2021).
Naiknya omzet berdampak pula pada naiknya laba bersih pertahunnya. Dari semua tahun 2018 Rp 312 juta, menjadi Rp 371 juta (2019), Rp 9,593 miliar (2020) dan Rp 13,598 miliar (2021). Laba yang meningkat, membuat setoran PT Taru Martani sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DIY naik, tembus di atas satu miliar rupiah, yakni Rp 3,837 miliar tahun 2020 dan Rp 5,439 miliar tahun 2021.
Meningkatnya omzet tersebut juga meningkatan kontribusi PT Taru Martani kepada negara berupa setoran cukai dan pajak pertamban nilai (PPn) naik setiap tahunnya. Tahun 2021 ini dibayarkan lebih dari Rp 10 miliar.
Kepala Divisi Pemasaran PT Taru Martani, Slamet mengakui dengan meningkatkan kualitas produksi, maka memudahkan memperbaiki saluran distribusi dan perluasan pasar, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Pihak Taru Martani sendiri sejauh ini telah mengirim produknya ke sejumlah negera, selain ke Jerman, juga Amerika Serikat, Jepang, Georgia, Taiwan, Lebanon dan Swiss. Total ekspor ke negara tersebut di tahun 2021 lalu sebesar 54.166 dolar AS, atau sebesar Rp 800 juta atau mendekati Rp 1 miliar. Sedangkan omset total Taru Martani di tahun 2021, sebesar Rp 53,6 miliar. “Kami menargetkan tahun 2022, ada peningkatkan ekspor sebesar 30 persen,” ujar Slamet.
Meningkatnya omzet, menuntut peningkatan pasokan bahan daun tembakau. Menindaklanjuti himbauan Gubernur DIY, juga memperhatikan produksi tembakau petani DIY, Taru Martani menggandeng para petani Tembakau di Bantul untuk memasok . Agar kualitas bahan baku sesuai dengan standar, salah satu suplayer digandeng untuk ikut membina petani dan menyalurkannya ke Taru Martani. “Para petani Bantul mulai tanam tembakau untuk Taru pada awal Juni atau Juli ini,” ujar Slamen.
Cerita lainnya, terbangunnya unit usaha baru, yakni Resto & Café Taru Martani. Langkah ini bagian diversifikasi usaha, disamping sektor pertanian. Unit ini semula direncanakan untuk menampung karyawan yang di PHK karena adanya rencana pengurangan karyawan di awal pembenahan. Namun karena tidak jadi dilakukan PHK karena usaha Taru Martani telah bangkit, maka operasional menggunakan tenaga baru, yang umumnya kalangan muda.
Selain pelayanan yang baik dan menu yang unggul, keberadaan bangunan heritage yang telah direvitalisasi menjadikan banyaknya tamu ke Resto & Café Taru Martani. Banyak Spot-spot di berbagai sisi bangunan heritage yang instagrameble menjadi daya tarik.
Tingginya tamu di unit usaha ini, menambah pemasukan bagi PT Taru Martani. Tahun 2021 ini, telah menyetorkan laba lebih dari setelah miliar rupiah. “Kalau ada yang bilang potensial sebagai destinasi wisata, keberadaan Resto dan Café memang sangat mendukung,” ujar Nur Achmad Affandi.
Nur Achmad bersyukur atas capaian Taru Martani. “Kondisi yang lebih baik ini, setelah lima langkah yang dilakukan. Pertama, perubahan strategi bisnis, dari pasif menerima order menjadi aktif produksi atas dasar analisis potensi pasar. Kedua, diversifikasi usaha dibidang pertanian (pangan) dan restoran. Ketiga, pelibatan aktif masyarakat sebagai mitra usaha. Keempat, perluasan pasar dan jaringan pemasaran. Kelima, diversifikasi produk dan peningkatan kualitas produk secara berkelanjutan,”jelasnya.(*)
Credit: Source link