Berinvestasi merupakan salah satu strategi untuk bisa mengalahkan inflasi. Surat berharga negara (SBN) bisa menjadi pilihan. Sebab, 100 persen nilai pokok dan kuponnya dijamin negara dan menawarkan imbal hasil lebih tinggi daripada inflasi.
—
CERTIFIED Financial Planner Finansialku Gembong Suwito menjelaskan, berinvestasi SBN sudah semakin populer. Sepanjang 2021, pembelian surat berharga negara justru didominasi investor ritel, yang mayoritas kelompok milenial. Minimal pembeliannya pun ramah di kantong. Cuma Rp 1 juta sudah bisa memilikinya.
Selain itu, akses membeli berbagai macam SBN sudah beragam. Kalau dulu cuma dijual di bank besar, kini investor ritel bisa membeli lewat financial technology (fintech). ’’Artinya, akses pembelian dan harga yang terjangkau membuat para milenial ini tertarik. Makanya, milenial mendominasi hampir 30 sampai 40 persen,” kata Gembong saat dihubungi Jawa Pos, Kamis (18/8).
Saat ini inflasi tengah menghantui perekonomian berbagai negara di dunia. Ditambah dengan potensi stagflasi. Gembong menilai, ini saat yang tepat untuk berinvestasi SBN ritel.
Jika hanya menabung di tabungan, bunganya tidak sampai 1 persen dalam setahun. Sementara itu, deposito bank besar hanya mendapat bunga berkisar 2,2–2,5 persen. Sebaliknya, inflasi saat ini sudah menyentuh 4,94 persen. Lebih tinggi daripada deposito dan tabungan.
’’Berarti, bagaimana cara uang kita lebih berkembang ketimbang inflasi. Nah, makanya yang saya rekomendasi SBN,” ujar pria asal Surabaya itu.
Misalnya, Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR017 yang memiliki masa berlaku 3 tahun. Rencananya, SBN ritel jenis syariah yang bersifat bisa diperdagangkan (tradable) itu ditawarkan Kementerian Keuangan pada 19 Agustus–14 September 2022. Pemerintah menetapkan nilai minimal pembelian SR017 sebesar Rp 1 juta. Investor bisa membeli berkali-kali dalam masa penawaran maksimal Rp 5 miliar.
Ada pula Savings Bond Ritel seri SBR011 yang ditawarkan 25 Mei–16 Juni 2022. SBN tersebut menawarkan kupon 5,5 persen per tahun. Dibandingkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 3,5 persen, selisih imbal hasil SBR011 sebesar 2 persen. Setelah dipotong pajak 10 persen, SBR011 masih menawarkan imbal hasil bersih 4,95 persen per tahun.
’’Jadi (imbal hasil, Red) itu sudah di atas deposito dan inflasi sehingga nilai uang kita tidak berkurang. Tapi, justru bertambah,” ucap Gembong.
Dari faktor keamanan, SBN dikeluarkan pemerintah. Artinya, instrumen investasi yang dijamin negara. Selama ini, dari ORI 2006 yang merupakan seri perdana SBN tidak pernah gagal bayar. ’’Jadi nyaman dengan return dan dijamin negara, cashflow-nya setiap bulan. Karena mendapat kupon setiap bulannya,” imbuhnya.
Meski demikian, Gembong tidak menyarankan jika berinvestasi SBN dengan niat trading alias jual beli jangka pendek. Sebab, harganya volatile alias naik turun. ’’Yang kita sarankan adalah beli, kemudian tunggu jatuh tempo, 2–3 tahun itu kita nikmati. Risiko pasar akan sangat minim,” bebernya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, tren investasi SBN ritel cukup diminati masyarakat karena menawarkan investasi yang terjangkau, tingkat bunga yang menarik, kemudahan membeli dari platform fintech dan internet banking, hingga fasilitas early redemption atau penjualan sebelum jatuh tempo.
’’Ada korelasi antara minat milenial untuk berinvestasi sebagai cara menambah penghasilan pasif dengan tren serapan SBN di dalam negeri,” ungkapnya.
Menurut Bhima, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli SBN ritel. Mengingat, Presiden Joko Widodo dalam pidato nota keuangan juga sudah menyampaikan rata-rata suku bunga SBN tenor 10 tahun pada 2023 diperkirakan sebesar 7,85 persen.
SBN ritel pun sama. Diperkirakan, imbal hasilnya terus naik. Angka tersebut jauh lebih tinggi didorong oleh tren pengetatan moneter global serta beralihnya minat investor di instrumen yang berisiko tinggi.
’’Masih cukup menarik spread-nya karena SBN kerap dibandingkan juga dengan deposito, reksa dana pendapatan tetap yang dikelola manajer investasi, dan emas. Sekarang harga emas turun, kurang menarik karena terjadi pengalihan ke surat utang,” terang lulusan University of Bradford itu.
Nah, keuntungan berinvestasi SBN ritel dengan tingkat bunga yang menarik menjadi pendapatan pasif untuk membantu pengelolaan keuangan. Juga sebagai cara menyelamatkan aset saat terjadi kenaikan inflasi.
Sekaligus ikut membantu negara memperdalam pasar keuangan dari gejolak eksternal dan membantu jalannya pembangunan nasional. ’’Tentu beli SBN punya nilai patriotisme tersendiri, bukan sekadar instrumen investasi,” tandasnya.
SBN RITEL YANG TERBIT TAHUN INI
OBLIGASI NEGARA RITEL ORI021
– Imbal hasil: 4,9 persen per tahun
– Masa penawaran: 24 Januari–17 Februari 2022
SUKUK NEGARA RITEL SR016
– Imbal hasil: 4,95 persen per tahun
– Masa penawaran: 25 Februari–17 Maret 2022
SAVINGS BOND RITEL SBR011
– Imbal hasil: Floating dengan batas minimal 5,5 persen per tahun
– Masa penawaran: 25 Mei–16 Juni 2022
SUKUK NEGARA RITEL SR017
– Imbal hasil: 5,9 persen per tahun
– Masa penawaran: 19 Agustus–14 September 2022
OBLIGASI NEGARA RITEL ORI022
– Imbal hasil: –
– Masa penawaran: 26 September–20 Oktober 2022
SUKUK TABUNGAN ST009
– Imbal hasil: –
– Masa penawaran: 28 Oktober–16 November 2022
Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan
Credit: Source link