JAYAPURA! BALIPOST.com – Perenang PON Bali Komang Adinda Nugraha, sama-sekali tak diunggulkan, di nomor spesialisnya gaya punggung 50 meter. Kenyataannya, perenang yang akrab disapa Dinda ini, mampu melesat finis terdepan, hingga mendulang medali emas.
Dinda, di Jayapura, Jumat (15/10), menegaskan, dalam database sampai tiga besar, namanya tidak tercantum. “Target awal saya sekadar memperbaiki catatan waktu terbaik (best time),” ucap perenang kelahiran Tabanan, 30 Mei 2005 ini.
Alhasil, dirinya sukses mempertajam waktu hingga 30:31, sedangkan catatan waktunya selama ini 30:66. Sementara peraih perak AA Istri Kania Ratih Atmaja (DKI/30:63), dan medali perunggu diraih Nurul Fajar Fitriyati (Jatim/30:80).
Dinda sendiri sejak duduk di bangku kelas SDN 1 Gulingan, Mengwi, belajar renang di klub Bali Pari. Ia pun sering membela klubnya mengikuti kejurnas kelompok umur, dan langganan juara. “Saya siap turun lagi, di PON XXI Sumut-Aceh 2024,” ujar siswi kelas II SMAN 1 Kuta Utara (Sakura) ini.
Pelatih PON yang menangani Dinda di klubnya, yakni Putu Era Larasati, mengakui, atlet asuhananya Dinda memang nonunggulan, bahkan tidak diperhitungkan perenang provinsi lain.
Atas raihan PON XX Papua 2021, cabor renang membawa pulang 1 emas, 2 perak, dan 7 perunggu, Era tetap mensyukurinya. “Perolehan 1 emas, sama sebagaiman hasil PON XIX Jabar 2016,” terangnya.
Ke depan, Era menyarankan, supaya regenerasi atlet, termasuk memasang atlet di berbagai nomor, seperti renang perairan terbuka (open water) dipertandingkan 3.000 meter, 5.000 meter, sampai 10.000 meter putra dan putri. “Bali hanya menurunkan Dewa Gede Anom dan Agus Nuarta, di perairan terbuka,” jelasnya. (Daniel Fajry/Balipost)
Credit: Source link