“Kita terus bicara dengan media, bicara dengan diler, bicara dengan konsumen untuk menjelaskan dan sejauh ini kita lihat penjualan kita dan animo dari masyarakat dan kita bicara dengan teman-teman komunitas, mereka bisa mengerti dan mereka tahu bahwa Toyota akan melakukan perubahan-perubahan,” kata Direktur Pemasaran PT TAM Anton Jimmi Suwandy di Jakarta, Jumat.
Anton mengatakan bahwa konsumen di Indonesia tidak perlu khawatir karena masalah yang sedang terjadi tidak berkaitan dengan keamanan, performa, maupun kualitas kendaraan Toyota yang dipasarkan.
Berkenaan dengan masalah mesin diesel Toyota, Anton mengemukakan bahwa mungkin ada kesalahan dalam prosedur operasional standar (SOP) yang dilakukan oleh internal perusahaan Toyota Industries Corporation (TICO).
Namun, menurut dia, masalah SOP yang kurang tepat tersebut sebenarnya masih dalam tahap wajar karena masih dalam rentang batas yang diatur regulasi.
“Contohnya adalah ada kurva torsi itu kalau saya lihat angkanya tidak salah, angkanya itu masih ada di rentang antara. Di dalam regulasi itu ada rentang plus minus 2 persen, karena mesin tiap kali dites dia tidak mungkin sama angkanya, variasinya itu masih ada di antara 2 persen. Jadi, sekali lagi, sebenarnya tidak ada (masalah),” Anton menjelaskan.
Dia juga mengatakan bahwa langkah Toyota untuk mengungkap permasalahan tersebut ke publik merupakan wujud transparansi perusahaan kepada konsumen.
Menurut dia, tidak banyak perusahaan yang berani mengungkap permasalahan internal ke publik karena dapat menimbulkan berbagai risiko.
“Jadi, mungkin Toyota ingin membuat suatu tren baru keterbukaan informasi dan juga menunjukkan keseriusan untuk melakukan improvement (perbaikan). Jadi kita lebih kepada keterbukaan, transparansi informasi. Kita bisa jelaskan secara baik kepada konsumen, dan konsumen Indonesia itu cukup pintar, mereka bisa cek informasi dan lain sebagainya,” kata dia.
Baca juga: Penjualan mobil baru di Jepang menurun menyusul skandal Daihatsu
Baca juga: Skandal mesin diesel Toyota tidak berdampak untuk Indonesia
Pada Senin (29/1), Toyota Motor Corporation (TMC) menerima laporan dari TICO, yang ditugaskan untuk mengembangkan mesin diesel, bahwa sebuah tim investigasi khusus yang diketuai oleh Hiroshi Inoue ditugaskan untuk menyelidiki potensi penyimpangan peraturan sertifikasi terkait dengan sertifikasi emisi domestik yang tidak tepat pada mesin forklift dan mesin konstruksi.
Dalam investigasi tersebut didapati beberapa kejanggalan selama pengujian untuk sertifikasi tiga model mesin diesel. Dalam kasus ini, model-model yang terdampak adalah van Hiace, Fortuner, Innova, dan SUV Lexus LX500D.
Selama pengujian sertifikasi, kinerja keluaran tenaga mesin diukur menggunakan ECU dengan perangkat lunak yang berbeda dari yang digunakan untuk produksi massal sehingga hasilnya dapat diukur untuk membuat nilai tampak lebih halus dengan variasi yang lebih sedikit.
Oleh karena itu, TICO memutuskan untuk menghentikan sementara pengiriman mesin yang terkena dampak.
Toyota juga memutuskan untuk menghentikan sementara pengiriman kendaraan yang dilengkapi mesin yang terkena dampak.
TMC menyatakan akan memberikan penjelasan rinci kepada pihak berwenang dan segera mengambil tindakan yang tepat, termasuk melakukan pengujian di hadapan saksi jika diperlukan.
Dalam keterangan resminya pada Selasa (30/1), TMC menyampaikan, “Kami menganggap proses sertifikasi yang tepat sebagai prasyarat utama dalam menjalankan bisnis sebagai produsen mobil. Kami menyadari betapa seriusnya fakta bahwa pelanggaran sertifikasi yang berulang kali terjadi di TICO, seperti yang terjadi di Daihatsu, telah mengguncang fondasi perusahaan sebagai produsen mobil.”
Baca juga:
Toyota catatkan penjualan 37.736 kendaraan elektrifikasi pada 2023
Grup Toyota duduki puncak penjualan mobil global pada 2023
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024
Credit: Source link