NEGARA, BALIPOST.com – Banjir bandang yang melanda Jembrana berdampak pada petani padi, jagung dan kedelai. Sejumlah petani di subak wilayah Mendoyo yang sudah hampir panen, gagal lantaran lahan terendam air dan lumpur.
Di wilayah Penyaringan dan sekitarnya, dari pendataan awal lebih dari 20 hektare sawah yang gagal panen. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian dan Pangan sedang melakukan pendataan lebih lanjut hingga ke wilayah lain yang juga terdampak banjir.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama, Selasa (18/10) mengatakan dari pendataan awal kondisi yang paling parah lahan sawah terjadi di Kecamatan Mendoyo, termasuk di Penyaringan. “Dari pengamatan dan pendataan ke subak maupun petani, ada sekitar 22 hektar total lahan pertanian yang terkena banjir. Dan sebagian besar padi, yang sudah menjelang panen,” kata Sutama.
Namun, Dinas melalui petugas penyuluh di lapangan masih melakukan pendataan lebih lanjut berkoordinasi dengan subak dan petani langsung. Jumlah yang terdampak itu kemungkinan besar bertambah mengingat di lokasi lain seperti Kecamatan Melaya masih dilakukan pendataan.
Khusus di seputaran Penyaringan, ada subak Penyaringan dan Jagaraga yang terdampak. “Kalau di Kecamatan Jembrana ada juga, tetapi lebih banyak kedelai dan jagung. Dan sebagian besar juga yang rusak saluran irigasi jebol, Kami masih mendata lebih lanjut,” tambahnya.
Lalu, apakah para petani ini mendapatkan bantuan? Sutama mengaku masih melakukan pendataan dan diperjuangkan untuk rancangan bantuan dana DTT. “Saat ini kami siapkan data saja dulu, mana yang rusak ringan, sedang, berat. Terutama yang berat ini dan berisiko kerugian petani,” tambahnya.
Karena lebih banyak padi, menurutnya pasti akan berdampak juga pada produksi padi di Kabupaten Jembrana tahun ini. Tetapi menurutnya tidak terlalu signifikan. Apalagi lebih banyak yang baru turun tanam (Surya Dharma/balipost)
Credit: Source link