JawaPos.com – Tak ada pancaran Emergency Locator Transmitter (ELT) dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu. Bahkan, Satelit Australia pun tidak dapat mendeteksi hal itu.
ELT berfungsi menunjukkan posisi rambu radio darurat (EPIRB) adalah jenis locator darurat beacon, powered baterai portabel pemancar radio yang digunakan dalam keadaan darurat.
Untuk menemukan pesawat terbang, kapal, dan orang-orang dalam kesusahan. Dan juga membutuhkan penyelamatan segera. Disebabkan ELT tak menyala, Basarnas belum dapat memastikan titik jatuh dari Pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
“Kalau bicara titik tidak bisa, kenapa? Karena tak ada pancaran Emergency Locator Transmitter (ELT) dari pesawat. Kami tak terima pancaran itu, kami kroscek ke satelit Australia juga tak ada,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito, seperti dikutip PojokSatu (Jawa Pos Group), Minggu (10/1).
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 diperkirakan jatuh pada koordinat arah 335 derajat, 11 critical mile. Pada koordinat tersebut akan ada pembagian wilayah pencarian oleh petugas gabungan.
“Jadi hanya koordinat. Kalau kita arahkan dari Soekarno-Hatta, kira-kira arah 335 derajat, 11 critical mile,” katanya.
“Nanti kita bikin area, kita bagi untuk di bawah permukaan di mana, atas permukaan di mana, juga pembagian wilayah,” kata Bagus lagi.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di Kepulauan Seribu. Pesawat tersebut take off dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Pontianak. Pesawat mulai hilang kontak pada pukul 14.40 WIB. Pesawat tersebut mengangkut 62 orang yang terdiri dari 50 penumpang (terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi dan 12 kru pesawat.
Credit: Source link