JawaPos.com – Perempuan harus bisa setara dengan pria dalam mengembangkan kreativitas dan karir. Perempuan masa kini ternyata memiliki pekerjaan dengan terobosan yang lebih inovatif. Perkembangan teknologi digital yang kian pesat mendorong perempuan lebih banyak melamar di bidang teknologi.
Data Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), melalui Generasi GIGIH 2.0, mengatakan proporsi jumlah peserta perempuan meningkat menjadi 38 persen. Angka ini meningkatkan total jumlah perempuan sebesar 40 persen dibandingkan tahun 2021.
Angka ini diklaim mencerminkan generasi muda Indonesia memiliki kompetensi teknis, pola pikir yang tepat, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan. Indonesia membutuhkan jutaan talenta unggul dan menguasai teknologi untuk mempercepat transformasi digital dan menuju Indonesia Emas 2045.
“Dukungan dari berbagai pihak amat dibutuhkan untuk melahirkan talenta teknologi muda Indonesia agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang dan menjadi jembatan antara generasi muda dengan industri digital,” tegas Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa Monica Oudang, dalam webinar baru-baru ini.
Monica mencontohkan program pelatihan teknologi dimulai dari pelatiha kompetensi komprehensif di jalur backend dan frontend engineer serta data analyst, dari pembelajaran di kelas sampai praktik melalui magang dan capstone project secara virtual. Tujuannya agar generasi muda memiliki kompetensi teknis, pola pikir yang tepat, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan.
Gendis Yuanisa, salah satu perempuan yang mengikuti pelatihan yang juga seorang mahasiswi jurusan bisnis internasional di Universitas Padjadjaran, menceritakan pengalaman berharga yang ia dapat di sepanjang program.
Meskipun tantangan yang ia hadapi lebih berat karena harus terlebih dahulu mempelajari dasar-dasar IT, namun paket pembelajaran itu membuatnya lebih mengenal dunia teknologi digital.
“Saya ikut pelatihan,yang diberikan mulai dari self-learning sampai belajar dalam kelas virtual, ditambah bimbingan dari para mentor hebat membuat saya bisa melalui prosesnya,” ungkapnya.
Setelah proses belajar 3 bulan, ia ditantang mempraktikkan ilmu ke dalam capstone project. Di sini kami melahirkan solusi inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia.
“Sekarang saya sudah menjadi Gendis yang baru, dengan framework pemikiran berbeda, bahkan saya jadi lebih berani berpendapat berkat kepercayaan diri yang meningkat,” tutup Gendis.
Editor : Kuswandi
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link