Ilustrasi Pilkada 2018
Jakarta – Masyarakat Kalimantan Barat (Kalbar) menolak adanya politik dinasti pada pemilihan gubernur (Pilgub) 2018 mendatang. Penolakan ini disampaikan warga terkait pencalonan Karolin Natasya menjadi calon gubernur (Cagub) Kalbar.
Karolin yang menang menjadi Bupati Kabupaten Landak saat melawan kotak kosong yang juga putri dari Cornelis itu, mendapat penolakan sekitar 90,6 persen responden dalam survei yang dilakukan Pusat Kajian Opini Publik Indonesia.
Alasan responden, majunya Karolin tersebut merupakan bentuk politik “dinasti” yang dipaksakan agar kegagalan-kegagalan pemerintahan Cornelis bisa tertutupi oleh terpilihnya Karolin.
Masyarakat juga beropini, majunya Karolin tidak akan banyak membawa perubahan bagi Kalimantan Barat jika benar-benar terpilih. Terkait dukungan Partai Gerindra pada Karolin, maka hampir 89,7 persen masyarakat berpendapat partai besutan Prabowo itu dianggap sudah salah usung, dan akan membuat pemilih Partai Gerindra dan Prabowo Subianto dalam pilpres 2014 lalu kecewa dan tidak akan memilih Gerindra dan Prabowo Subianto jika maju dalam pilpres 2019 nanti.
“Alasannya, suara yang sudah mereka berikan ke Gerindra pada tahun 2014, akan diberikan ke Karolin yang merupakan bukan Kader Partai Gerindra. Masyarakat juga beropini, Gerindra seakan sudah dijual dalam Pilgub Kalbar ini,” ujar Direktur Eksekutive PUSKOPI, Andri Gunawan kepada wartawan, Selasa (13/11/2017).
Selain persoalan politik dinasti, Pusat Kajian Opini Publik Indonesia, sejak 26 Oktober s/d 5 November 2017 juga meneliti tentang “Opini Masyarakat” terhadap prestasi kerja pembangunan oleh Gubernur Kornelis yang akan berakhir pada tahun depan.
“Dan hasilnya, sebanyak 78,4 persen masyarakat beropini terkait kinerja pembangunan di Kalimantan Barat, sangat tidak puas, khususnya dalam bidang pendidikan, pembangunan Infrastruktur, kesehatan serta pembangunan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, 9,4 persen menyatakan biasa saja dan hanya 12,2 persen saja yang merasa puas. Jika pencalonan Karolin ditolak masyarakat karena dianggap poltik dinasti, lalu siapakah tokoh atau sosok yang seharusnya memimpin Kalbar 2018 mendatang.
Dari temuan survei yang mengukur elektabilitas dari 8 tokoh Kalbar, yakni H Sutarmidji, Karolin Margret Natasya, Kartius, Lasarus, Michael Jeno, Milton Crosby, Ria Norsan dan Suryadman Gidot. Masyarakat menilai tokoh yang punya Kredibilitas sebagai Gubernur yang bisa memimpin Kalimantan Barat dari keterpurukan yaitu Milton Crosby yang dipilih sekitar 89,4 persen responden.
“Diposisi kedua, ada nama Sutarmidji, yang dipilih 88,7 persen responden. Persaingan antara Milton Crosby dengan sutarmidji ini sangat ketat, hanya selisih sedikit,” tukasnya.
Diposisi ketiga, ada nama Hildi Hamid 86,7 persen, kemudian Lasarus 84,7 persen, Kartius 83,9 persen, Ria Norsan 83,8 persen, Suryadman Gidot 83,6 persen, dan Karolin hanya 67,8 persen.
Pada penelitian opini masyarakat terhadap tokoh yang akan dipilih jika pemilihan Gubernur diadakan hari ini, maka pilihan masyarakat dari segi elektabilitas, memilih Milton Crosby 25,9% kemudian Sutarmidji 21,7 % dan disusul Hildi Hamid 11,6 %.
“Kemudian ada nama Lasarus 8,6%, Karolin Margret Natasya dengan 7,1%, Ria Norsan menyusul dengan 4,3 persen, Suryadman Gidot 3,2%, Kartius 3,1% dan 14,5 % responden yang belum menentukan pilihan,” bebernya.
Saat kembali diuji simulasi tingkat elektabilitas 5 tokoh maka hasilnya lagi-lagi Milton Crosby mendapat suara 30,2 % yang ditempel ketat Sutarmidji 26,7%, Hildi Hamid 12,3 %, Lasarus 9,4 % Karolin Margret Natasya 6,3%, dan tidak memilih 15,1 persen.
Setelah dikerucutkan kembali menjadi 3 orang tokoh. Puskopi mendapatkan hasil penilaian masyarakat, bahwa elektabilitas Milton Crosby dipilih 32,8 persen, Sutarmidji 30,2 %, Hildi Hamid 15,7 % dan tidak memilih 21,3 %.
“Dan dari survei Jajak Pendapat ini bisa disimpulkan, bahwa masyarakat Kalimantan Barat menolak program Dinasti kekuasaan yang sedang dilakukan keluarga Cornelis, dan menginginkan sosok atau tokoh baru seperti Milton Crosby,” tandasnya.
Dari penelitian ini lanjutnya, juga dapat disimpulkan Parpol yang mencoba mengusung dan mendukung program politik dinasti akan dihabisi suaranya di pileg 2019. “Dan capres nya di Pilpres 2019,” paparnya.
Untuk diketahui, penelitian ini mengunakan cara survei Jajak Pendapa yang melibatkan masyarakat Kalimantan Barat sebanyak1.815 orang, denga metode pemilihan masyarakat yang dilibatkan adalah Multitage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 % dan Margin of Error sekedar -/+ 2,3 persen.
TAGS : Pilkada 2018 Pilgub Kalbar Hasil Survei
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin