JawaPos.com – Indonesia sedang berada dalam proses transisi energi menuju energi bersih. Dengan transisi itu, industri hulu migas mendapat tantangan untuk meningkatkan produksi dan menurunkan emisi secara simultan.
“Transisi energi merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh industri migas. Namun yang perlu dipikirkan bahwa dalam proses ini keberlangsungan energi juga harus tetap terjaga dengan tetap mempertahankan target produksi migas tahun 2030,” kata Chairman of Organizing Committee IOG 2022 Muhammad Kemal dalam keterangannya kepada JawaPos.com, Jumat (28/10).
Transisi energi menjadi isu penting dalam International Convention of Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022. IOG 2022 bakal digelar di Bali secara secara hybrid pada 23-25 November 2022 mendatang.
Muhammad Kemal mengatakan lagi, Pemerintah sangat berkomitmen dalam pengurangan emisi karbon. Sebab pengurangan emisi karbon merupakan menjadi salah satu agenda penting terkait sektor energi dalam perhelatan G20.
Indonesia berupaya untuk menciptakan ketahanan energi. Di sisi lain, pemerintah memiliki beban untuk mengalokasikan subsidi energi yang semakin besar. Pada periode transisi energi, menjaga ketahanan, dan kemandirian energi menjadi hal yang sangat diperhitungkan. Apalagi pemanfaatan EBT di Indonesia belum optimal.
Salah satu hal yang menjadi jembatan untuk mempertahankan produksi dan mengurangi emisi karbon, yakni penerapan teknologi CCS/CCUS dalam kegiatan migas.
Dalam paparan kinerja SKK Migas kuartal 3-2022, total potensi CO2 stored dari CCUS adalah 119 – 128 Million tCO2. Potensi itu didapat dari wilayah kerja Gundih sebesar 3 million tCO2 untuk 10 tahun, Sukowati sebesar 15 million tCO2 untuk 25 tahun, Vorwata 30 million tCO2 for untuk 10 tahun dan Masela 71 – 80 milion tCO2 untuk 29 tahun.
Kemal menyatakan, ajang IOG 2022 menjadi salah satu poros penting bagi industri migas dalam usaha untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD di tahun 2030. Dalam acara itu akan hadir para stakeholder dari berbagai institusi dan perusahaan industri migas. Para stakeholder itu memegang peranan penting dalam menentukan masa depan energi Indonesia.
“SKK Migas berharap bahwa rangkaian pembahasan dalam rangka meningkatkan produksi migas nasional dan transisi energi yang telah dilakukan oleh berbagai entitas dan asosiasi di sektor hulu migas, akan lebih ditajamkan lagi dalam kegaitan IOG 2022, sehingga di sisa tahun 2022 industri hulu migas sudah menyelesaikan hal-hal yang harus diperbaiki dan menyiapkan peluang 2023 untuk dapat dijalankan lebih baik,” pungkas Kemal.
Credit: Source link