Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump (Foto via Press TV)
Washington, Jurnas.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan, pasukanya tidak akan meninggalkan Irak kecuali Baghdad mengganti rugi seluruh biaya yang dihabiskan Washington di negara tesebut.
“Jika kami pergi, Anda harus membayar kami untuk uang yang kami masukkan,” kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News di Gedung Putih, Sabtu (11/1).
Saat ditanya bagaimana cara mendapatkan uang ganti kerugian, Trump menerangkan, pihaknya memiliki sejumlah uang Irak. “Kami punya 35 miliar dolar uang mereka di rekening. saya pikir mereka setuju untuk membayar uang ini, jika tidak kami akan tetap di sana,” terang Trump.
“Kami membangun salah satu fasilitas bandara termahal di dunia, di mana saja di dunia. Maksudku, aku berharap kita memilikinya di New York. Aku berharap kita memilikinya di Washington,” katanya.
Pekan lalu, di akun Twitternya, Trump juga mengatakan, AS sudah membayar Irak miliaran dolar per tahun, selama bertahun-tahun.
Awal pekan ini, Perdana Menteri sementara Adil Abdul-Mahdi menyerukan pasukan AS untuk meninggalkan negara itu setelah parlemen negara itu menyetujui resolusi yang menyerukan pengusiran semua pasukan asing dari Irak.
Pemungutan suara dilakukan dua hari setelah militer AS yang bertindak atas perintah Trump meluncurkan serangan pesawat tak berawak atas Jenderal Iran Qassem Soleimani pada saat kedatangannya di ibukota Irak atas undangan pemerintah Baghdad.
Serangan itu juga merenggut nyawa komandan senior Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan sejumlah rekan mereka. Iran kemudian melakukan serangan rudal balasan pada dua pangkalan Amerika di Irak.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (10/1), Washington tidak akan mengadakan diskusi dengan Baghdad mengenai penarikan pasukan AS.
“Saat ini, setiap delegasi yang dikirim ke Irak akan berdedikasi membahas cara terbaik kembali pada berkomitmen kemitraan strategis kami, bukan membahas penarikan pasukan, tetapi postur pasukan kami yang tepat dan tepat di Timur Tengah,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus.
“Namun demikian, perlu ada pembicaraan antara pemerintah AS dan Irak tidak hanya tentang keamanan, tetapi tentang keuangan, ekonomi, dan kemitraan diplomatik kami,” tambahnya.
AS, yang didukun Inggris, menginvasi Irak pada tahun 2003 dengan dalih bahwa rezim mantan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Namun, hingga kini senjata yang diklaim tersebut belum ditemukan.
Invasi itu membuat kekacauan di Irak dan menyebabkan munculnya kelompok-kelompok teroris di seluruh wilayah.
TAGS : Agresi Amerika Serikat Donald Trump Qassem Soleimani
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin