JawaPos.com – Catatan kurang menggembirakan menutup perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2020. Kemarin (30/12) indeks harga saham gabungan (IHSG) finis dengan turun 44,22 poin atau 0,73 persen di level 5.979,07.
Berdasar data BEI, nilai transaksi perdagangan akhir tahun mencapai Rp 14,02 triliun dengan volume perdagangan 22,89 miliar saham dan frekuensi perdagangan mencapai 1,16 juta kali transaksi. Secara year to date (YTD), IHSG terkoreksi 5,13 persen.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengakui, pagebluk Covid-19 menyeret IHSG hingga ke level di bawah 4.000. Tepatnya di angka 3.937,63 pada 24 Maret lalu. Meski begitu, sejak posisi terendah tersebut, pergerakan saham nasional mampu melesat 53,7 persen. Bahkan sempat menyentuh posisi 6.165,62 pada 21 Desember. Tertinggi selama krisis akibat pandemi.
Dia menyatakan, aktivitas perdagangan BEI sepanjang 2020 juga mengalami peningkatan. Kondisi itu tecermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan. Tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari pada November. Begitu pula rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang berangsur pulih mencapai Rp9,18 triliun. ”Akibatnya, likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi daripada bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara,” kata Inarno dalam keterangan secara virtual.
Jumlah investor di pasar modal Indonesia juga naik 56 persen. Terhitung, per 29 Desember ada 3,87 juta single investor identification (SID), baik saham, obligasi, maupun reksa dana. ”Kenaikan jumlah investor itu empat kali lipat lebih tinggi sejak empat tahun terakhir. Dari 894 ribu investor pada 2016,” jelasnya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menuturkan, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan pre-emptif dan extraordinary untuk menjaga daya tahan dan mengendalikan volatilitas pasar modal. Mulai paket kebijakan yang melarang short selling, memberlakukan trading halt untuk penurunan 5 persen dan asymmetric auto-rejection, memendekkan jam perdagangan bursa, hingga memperbolehkan buyback saham oleh emiten tanpa melalui RUPS (rapat umum pemegang saham).
Dia mengungkapkan, pasar surat berharga negara (SBN) terus menguat dengan imbal hasil (yield) turun 108 basis poin YTD. Penurunan yield tersebut merupakan insentif bagi korporasi untuk menggalang dana lebih murah melalui penerbitan surat utang di pasar modal. ”Dengan dukungan rezim suku bunga rendah, saat ini merupakan momentum kebangkitan bagi pasar modal Indonesia,” ujarnya. Meski begitu, hingga 29 Desember, pasar modal masih mencatat capital outflow Rp 47,89 triliun.
Baca juga: 9 Tahun Kinerja OJK, Indef Akui Performa Meningkat Tiap Tahun
Baca juga: IHSG Ditutup Merah, Tapi Jumlah Investor Malah Naik 56 Persen
Baca juga: Akhir Tahun, IHSG Berpotensi Menguat
Pada kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini pemulihan setelah dampak pandemi Covid-19 akan lebih cepat. Bahkan lebih cepat ketimbang krisis moneter 1998 dan krisis finansial 2008. ”Akhir tahun ini alhamdulillah situasi sudah mulai berbalik dan dalam penutupan (IHSG) mendekati 6.000 meski kemarin tembus 6.000,” ungkapnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Ilham Safutra
Reporter : han/dee/c14/fal
Credit: Source link