Misi penjaga perdamaian PBB di Sudan Selatan (UNMISS) menjaga anak-anak selama patroli dekat kota Bentiu di daerah Rubkona, Sudan selatan utara, 11 Februari 2017 (Siegfried Modola/Reuters)
New York, Jurnas.com – Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan kekhawatiran atas kekerasan di wilayah Darfur Barat, Sudan. Komisaris tersebtut mengatakan, konflik memaksa 57.000 orang meninggalkan rumah mereka selama sebulan terakhir.
Badan pengungsi PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (28/1) bahwa angka itu termasuk 11.000 orang Sudan yang telah menyeberang ke negara tetangga, Chad.
Juru bicara UNHCR, Babar Baloch mengatakan, para pengungsi tersebar di beberapa desa di sepanjang perbatasan di Chad dan kondisinya sangat buruk.
“Sebagian besar tinggal di tempat terbuka atau di bawah naungan sementara, dengan sedikit perlindungan dari unsur-unsur. Makanan dan air sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Baloch mengatakan badan pengungsi PBB dan organisasi lain menyediakan beberapa bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Sudan, namun, tingkat kedatangan pengungsi berisiko melebihi ekspektasi.
UNHCR memperkirakan bahwa jumlah pengungsi yang melarikan diri ke Chad dari Darfur Barat bisa mencapai 30.000 dalam beberapa minggu mendatang karena ketegangan masih berlanjut.
Konflik pecah di Darfur pada 2003 setelah sebagian besar pemberontak non-Arab bangkit melawan pemerintah di Khartoum, dengan laporan PBB yang memproyeksikan bahwa hingga 300.000 orang telah terbunuh dan 2,5 juta orang terlantar sejak saat itu.
Pertempuran terbaru di Darfur Barat adalah antara suku Afrika bernama Masalit dan suku Arab bernama Rizeigat, yang menewaskan dua lusin awal bulan itu.
“Tim UNHCR di lapangan mendengar laporan orang-orang yang melarikan diri setelah desa, rumah, dan properti mereka diserang, banyak yang terbakar ke tanah,” kata Baloch.
Ia menambahkan bahwa badan tersebut terus mencari dukungan masyarakat internasional untuk pemerintah transisi dari Sudan dalam mengatasi akar penyebab konflik di Darfur.
Khartoum telah melakukan negosiasi dengan berbagai kelompok pemberontak di ibukota Sudan Selatan untuk mengakhiri konflik di Darfur, Nil Biru, dan Kordofan Selatan.
Pemberontak di daerah-daerah ini melakukan kampanye berdarah melawan marginalisasi oleh Khartoum di bawah presiden Omar al-Bashir yang digulingkan.
Bashir, yang di balik jeruji korupsi dan sedang menunggu persidangan atas dakwaan lainnya, ditunggu Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag atas dugaan perannya dalam konflik. Bashir juga sedang diselidiki karena perannya dalam kudeta 1989 yang membawanya ke kekuasaan.
TAGS : Darfur Barat Konflik Sudan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin