JawaPos.com – Kedatangan vaksin Covid-19 pada Minggu (6/12) lalu menjadi kabar baik bagi upaya pencegahan pandemi Covid-19. Setelah datangnya vaksin, pemerintah masih menunggu hasil evaluasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), untuk melaksanakan program vaksinasi kepada masyarakat.
Meski sudah ada vaksin, masyarakat harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan Menjaga jarak. Karena dengan cara itu Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi Covid-19.
“Benar bahwa vaksin itu adalah upaya protektif terhadap penyakit spesifik. Beberapa virus dan bakteri di Indonesia memang sudah lama kita lawan dengan imunisasi, sehingga di Indonesia kita mengenal program imunisasi, kemudian beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi bisa tereleminasi. Vaksin Covid-19 ini juga diharapkan memiliki peran seperti itu nantinya,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Ede Surya Darmawan dalam keterangannya, Minggu (13/12).
Ede menjelaskan, penggunaan vaksin bagi setiap orang akan banyak menguntungkan. Meski harus merogoh kocek dalam, hal ini akan membuat setiap orang lebih produktif bekerja.
“Vaksin itu untungnya lebih banyak daripada ketika kita harus sakit. Bukan hanya menelan biaya rata-rata Rp 184 juta per orang, tapi juga kita rugi karena tidak bisa produktif bekerja. Sejauh ini vaksin sebagai intervensi kesehatan masyarakat dalam pencegahan penyakit menular sudah terbukti efektif sejak lama,” ucap Ede.
Dia tak memungkiri ada efek setelah menggunakan vaksin. Namun hanya sekadar ketidaknyamanan yang bersifat sementara.
“Sakitnya hanya karena ditusuk jarum suntik, kemudian ada bengkak, badan panas. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. Kalau vaksinnya efektif, maka akan segera terbentuk antibodi sehingga kita akan kebal terhadap suatu penyakit yang spesifik,” ungkapnya.
Sementara itu penyintas Covid-19, Abi Satria menyampaikan sangat rugi jika harus terpapar Covid-19. Kerugian itu didapatkan secara fisik dan mental.
Baca juga: Pemda Diminta Optimalkan 3M dan 3T untuk Cegah Penularan Covid-19
“Kondisi fisikku di hari ke enam dirawat di Wisma Atlet, tubuh menggigil karena demam, meski AC sudah dimatikan. Pasca sembuh dari Covid-19, fisik sebenarnya sudah mulai membaik, tapi secara mental masih kurang stabil,” ucap Abi.
“Aku masih takut keluar dan muncul di depan publik. Setelah aku konsultasikan ternyata memang itu adalah dampak psikologis. Jadi bukan hanya terdampak pada fisik, tapi juga mentalnya,” sambungnya.
Menurutnya, setiap orang bisa tertular di mana saja dan kapan saja. Bahkan bisa jadi tertular dari benda-benda yang ada di sekitar. Masyarakat yang menganggap Covid-19 hanya konspirasi, percayalah Covid-19 ini nyata.
“Karena mereka yang belum percaya mungkin belum pernah ada orang terdekatnya yang tertular Covid-19,” cetus Abi.
Oleh karena itu, Abi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan 3M. Hal ini penting untuk mencegah penularan Covid-19.
“Untuk semua masyarakat yang masih abai dengan 3M, tolong jangan egois karena kita tidak pernah tahu kapan bertemu dengan orang yang imunitasnya sedang rentan. Kita tidak pernah sadar bahwa kita membawa virus kepada yang lebih tua atau muda, jadi jangan egois dan patuhi protokol 3M,” pesannya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Kuswandi
Reporter : Muhammad Ridwan, ARM
Credit: Source link