JawaPos.com – Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Management Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, tahun 2021 merupakan tahun pemulihan ekonomi dan perdagangan. Pemulihan ekonomi ini akan membuka peluang bagi penguatan di pasar saham. Hal krusial yang akan menjadi kunci, yaitu penanganan pandemi dan vaksinasi.
Katarina memaparkan, perbaikan ekonomi global telah terjadi secara gradual sejak kuartal keempat tahun 2020, terutama ditopang oleh pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan Asia. Tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi dan perdagangan global.
“Pemulihan diperkirakan akan semakin terakselerasi di semester kedua 2021 seiring peningkatan akses terhadap vaksin dan aktivitas vaksinasi. Namun, risiko utama atas proyeksi ini adalah apabila vaksinasi terkendala dan mitigasi pandemi Covid-19 tidak berjalan efektif secara global,” ujarnya seperti dikutip, Senin (18/1).
Menurutnya, vaksinasi menjadi poin krusial untuk mendorong normalisasi aktivitas ekonomi masyarakat. Produksi dan distribusi akan menjadi perhatian pasar. Saat ini diperkirakan kapasitas produksi vaksin global mencapai 2-4 miliar dosis per tahun. Hingga 11 Januari 2021, 28.5 juta dosis vaksinasi telah dilakukan di seluruh dunia, dengan jumlah terbanyak di Amerika Serikat dan China yang masing-masing telah telah mencapai 9 juta dosis.
“Pemulihan ekonomi harus ditopang oleh ketersediaan vaksin dan pelonggaran pembatasan sosial global yang mendukung normalisasi aktivitas ekonomi,” ucapnya.
Sementara pemulihan perdagangan global akan didukung oleh meningkatnya permintaan seiring normalisasi aktivitas ekonomi, ketersediaan vaksin, dan membaiknya iklim perdagangan di era kepresidenan Joe Biden. “Potensi membaiknya perdagangan global di tahun ini dapat menguntungkan kawasan Asia yang merupakan pabrik dunia,” ujar Katarina.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pasar saham Indonesia mencatatkan rata-rata nilai transaksi harian selama sepekan lalu meningkat sebesar 33,06 persen atau menjadi Rp 25,151 triliun dari Rp 18,902 triliun pada penutupan pekan lalu.
Tidak hanya itu, data rata-rata frekuensi harian selama sepekan turut meningkat sebesar 25,83 persen menjadi 1.870.589 kali transaksi dibandingkan 1.486.659 kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Sementara Senior Portfolio Manager Equity Samuel Kesuma mengatakan, pasar saham Indonesia memang menunjukkan kinerja minus 5,1 persen pada tahun 2020, sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompok yang tertinggal.
“Dengan kenaikan tinggi yang mulai terjadi di dua pekan pertama tahun ini, memang valuasi pasar saham tidak semurah tahun lalu, namun secara relatif masih salah satu yang paling menarik bila dibandingkan dengan kawasan lain. Apalagi kepemilikan asing di pasar saham Indonesia pun masih berada di salah satu level terendah sejak 2013,” ungkapnya.
Namun, Samuel menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi global di tahun 2021, kondisi geopolitik yang lebih kondusif, dan USD yang relatif lemah akan menopang sentimen pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemulihan earnings juga akan berlangsung sejalan dengan pemulihan ekonomi.
“Di tahun 2021, mengunggulkan tiga sektor, yaitu sektor material dan energi, sektor telekomunikasi, dan sektor finansial. Sementara IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 6.740 – 7.040,” pungkasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link