keluarga Myanmar yang terlantar akibat pertempuran antara pasukan pemerintah dan etnis Arakan di sebuah kamp pengungsian yang menampung lebih dari 700 orang di kota Kyauktaw di negara bagian Rakhine pada 23 Desember 2018. (By AFP)
Jakarta, Jurnas.com – Warga desa di negara bagian Rakhine Myanmar berisiko kehabisan makanan setelah berada di bawah pembatasan militer selama hampir seminggu.
Dilansir PressTV, para penduduk mengeluh lantaran desa Kyauk Tan di kota Rathedaung telah sepenuhnya ditutup dan persediaan makanan sangat rendah.
Mereka mengatakan, kekurangan itu berasal dari taktik “intimidasi” tentara. Penduduk juga meminta bantuan dari komunitas internasional.
Pada 30 April, pasukan keamanan menyerbu desa, memilih 275 orang untuk diinterogasi di sekolah setempat. Dua hari kemudian, pasukan mengakui membunuh enam tahanan dan melukai delapan lainnya, mengklaim bahwa orang-orang itu mencoba menyerang dan melucuti mereka.
Juru bicara militer Brigadir Jenderal Zaw Min Tun mengkonfirmasi 48 tahanan lagi dibebaskan Senin, yang akan membuat sekitar 80 orang masih ditahan di sekolah itu.
Than Han Than, 22, salah satu dari orang yang baru dibebaskan mengatakan, “Mereka memperingatkan kami akan ada dampak keras jika kami bepergian ke desa lain.” Dari Mei, suami Khin, Khin Maung Htay, adalah salah satu pria yang tewas tertembak minggu lalu.
Pembunuhan terbaru terjadi menyusul kematian tiga orang etnis Rakhine lainnya dalam tahanan militer April lalu.
Rakhine telah menjadi tempat terjadinya kekerasan sejak 2012. Militer Myanmar dan gerombolan Buddhis telah membunuh ribuan Muslim Rohingya.
Sekitar 800.000 lainnya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, tinggal di kamp-kamp dalam kondisi yang mengerikan.
TAGS : Pengungsi Rakhine Kehabisan Makanan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/52250/Warga-Myanmar-di-Rakhine-Terancam-Kehabisan-Makanan/