Bilboard calon bupati Purwakarta Padil Karsoma-Acep Maman.
Purwakarta – Pilkada Purwakarta semakin mendapat perhatian masyarakat, hal mana ditandai dengan banyaknya isu yang kerap menjadi perbincangan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Pada masa jelang pengesahan peserta pilkada, isu dinasti politik dan wangsit politik, ramai digossipkan. Isu politik dinasti memang tidak khas Purwakarta saja karena di beberapa daerah lain, isu serupa juga muncul, khususnya di daerah yang ada anggota keluarga petahana mencalonkan diri. Hanya saja di Purwakarta isu itu menjadi berbeda karena kasusnya bernilai kuadrat. Suami mencalonkan diri di pilkada provinsi, istri mencalonkan diri di pilkada kabupaten.
Pencalonan suami istri ini tak terhindarkan menjadi topik obrolan publik. Beberapa menilai, kenapa tidak fokus saja salah satu dari pasutri itu mendukung pasangannya. Istri mendukung pencalonan suaminya di pilkada provinsi, atau sebaliknya suami fokus mendukung pencalonan istrinya di pilkada kabupaten. Obrolan liar itu juga merembet ke banyak isu lain, dari mulai soal kemampuam pendanaan pilkada sampai penggunaan alibi wangsit.
Soal wangsit ini menjadi pembicaraan karena istri bupati menjabat, menyatakan secara gamblang jika dirinya maju ke pilkada Purwakarta karena dapat wangsit. Dalam video yang beredar di dunia maya, jelas dan tegas pada halikatnya ia adalah seorang ibu yang sukanya belanja dan jalan-jalan tetapi karena mendapat wangsit maka ia mau ikut pilkada untuk mengisi jabatan yang akan ditinggalkan suaminya.
Berkait dengan ramainya perbincangan dan kekecewaan atas fenomena politik dinasti dan alibi wangsit, warga masih bisa bernafas lega karena pilkada Purwakarta tidak calon tunggal. Jika tidak ada aral melintang, bisa pilkada akan diikuti tiga pasangan calon, jika ada aral sekalipun paling tidak, pilkada akan diikuti dua pasangan calon.
Adalah pasangan Padil Karsoma – Acep Maman yang dianggap punya kemampuan menandingi bahkan bisa mempecundangi pasangan istri bupati dan Aming. Padil Karsoma dipandang cocok melanjutkan pembangunan yang sudah berjalan baik, karena selama ini dia terlibat dalam prosesnya, sebagai sekda tentu secara teknis, dialah yang mengendalikan administrasi dan pengendalian pembangunan.
Padil juga dipandang pas untuk memperbaiki dan mengoreksi yang salah dan keliru dari proses pembangunan yang ada selama ini. Saat menjadi sekda, ia tak punya kekuasaan memerintah, ia menjalankan perintah. Dengan menjadi bupati, maka ia bisa memerintah dan tahu benar dimana yang harus diperbaiki, dibenahi, ditingkatkan atau diubah.
Demikian kesimpulan bursa pendapat warga berkait pilkada Purwakarta. Wawancara acak yang dilakukan di beberapa tempat di Purwakarta ini menegaskan pilkada harus menghasilkan pemimpin yang amanah, tidak korupsi, tida membangun dinasti politik dan tidak membawa daerah dan warganya menjauh dari akar kehidupan agama. Syihabuddin salah seorang ustadz dari Plered menyatakan kehidupan agamis adalah ciri masayarakat Purwakarta, menjadi penting bagi siapapun figur yang maju dalam pilkada untuk membina kehidupan agamis ini. Ia menyambut kehadiran Padil Karsoma yang dikenalnya cukup relijius, murah hati, tidak banyak bicara dan pekerja ulet. Menurutnya Purwakarta akan lebih maju jika Padil terpilih.
Padil Karsoma sendiri menyampaikan ucapan terimakasih atas sambutan positif warga, ia meminta doa restu dan dukungan warga untuk bersatu, bersama-sama memajukan daerah. “Mohon doanya dari semua,” ujarnya saat dihubungi media ini, Sabtu, (20/1).
TAGS : Pilkada Purwakarta Padil Karsoma
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/28099/Warga-Tanggapi-Positif-Padil-Karasoma-Ikut-Bertarung/