JawaPos.com – Tengah malam telah cukup lama lewat. Sujiwo Tejo pun berpamitan kepada sang tuan rumah, Ki Manteb Soedharsono.
Mendadak, sebuah amplop ditempelkan dalang kondang tersebut ke tangan tamunya. ”Tebel. Taksiranku Rp 3 juta–Rp 5 jutaan,” kenang Sujiwo Tejo tentang peristiwa pada suatu dini hari pada periode 1990-an itu.
Saat itu dia bertamu ke kediaman Ki Manteb di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. ”Mungkin tampangku, walau sangar, tampang lelaki bokek. Aku tolak halus banget karena malam itu kebetulan aku lagi punya duit dan kumohon beliau alihkan itu buat anak-anak yatim dan lain-lain yang butuh,” tutur Sujiwo Tejo yang juga seorang dalang kepada Jawa Pos kemarin (2/7).
Kenangan itu dia bagi untuk mengenang dalang yang berpulang kemarin dan dikenal dengan sabetan mautnya saat memainkan wayang tersebut. ”Beliau itu suka ngasih-ngasih. Ya ilmu, ya materi,” ungkap seniman serbabisa tersebut.
Ki Manteb Soedharsono mengembuskan napas terakhir karena terserang Covid-19 kemarin. Pemakaman ”Dalang Setan”, begitu para penggemarnya menjulukinya, di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, pun dilakukan dengan protokol kesehatan.
Lantunan tembang Ketawang Layu-Layu serta dua tokoh Pandawa Lima, Werkudara dan Janaka, mengiringi keberangkatan jenazah ke tempat pemakaman umum. Berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah almarhum.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : rud/nis/c14/ttg
Credit: Source link