JENEWA, BALIPOST.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan negara-negara di dunia untuk mewaspadai varian baru virus corona yang ditemukan di Brazil. Populer dengan nama E484K, varian ini sedang dianalisis dan menurut WHO dapat memengaruhi respons imun.
Dikutip dari AFP, dalam buletin epidemiologis awal pekan ini, WHO mengatakan mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan di Inggris telah menyebar ke 50 wilayah. Sementara jenis serupa yang diidentifikasi di Afrika Selatan kini telah ditemukan di 20 wilayah.
Mutasi ketiga yang berasal dari Amazon, Brasil, saat ini sedang dianalisis dan dapat memengaruhi respons imun. “Situasi di negara bagian utara Brasil, Amazonas, dan khususnya ibukotanya Manaus, telah memburuk secara signifikan, dengan rumah sakit didorong hingga batasnya,” kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.
“Jika ini terus berlanjut, kita akan melihat gelombang yang lebih besar dari gelombang bencana yang terjadi pada bulan April dan Mei di Amazonas,” katanya dalam konferensi pers di Jenewa.
Namun, Ryan menekankan bahwa terlalu mudah menyalahkan varian, lanjut mengatakan masyarakat dan pemerintah harus menerima bahwa mereka juga ikut bertanggung jawab terhadap tindakan yang menyebabkan peningkatan penularan.
Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis COVID-19 WHO, menambahkan : “Virus ini berbahaya, tanpa atau dengan varian.”
Sejumlah negara mulai mengambil langkah pencegahan terkait varian baru ini. Inggris misalnya, mulai Senin (18/1) akan memberlakukan kebijakan karantina bagi seluruh kedatangan.
Perdana Menteri, Boris Johnson, pada Jumat waktu setempat mengatakan semua kedatangan ke Inggris harus dikarantina dan menunjukkan tes negatif COVID-19 mulai minggu depan. Langkah ini diambil karena rawat inap dan kasus kematian di Inggris terus meningkat. Untungnya, jumlah kasus baru mengalami penurunan.
Kebijakan yang mulai berlaku Senin, diambil setelah Inggris melarang semua kedatangan dari Amerika Selatan dan Portugal pada Jumat karena kekhawatiran mengimpor varian virus corona baru dari Brasil. “Artinya, jika Anda datang ke negara ini, Anda harus memiliki bukti tes virus Covid negatif yang Anda ambil dalam 72 jam sebelum berangkat,” kata Johnson, diapit oleh pejabat medis dan ilmiah terkemuka.
“Setelah tiba, Anda harus dikarantina selama 10 hari, tidak meninggalkan rumah karena alasan apa pun,” tambahnya.
Prancis juga melakukan pengetatan kebijakan jam malam di seluruh negara itu. Sebelumnya, negara ini telah memberlakukan jam malam pada pukul 20.00, dimajukan menjadi pukul 18.00.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Anglea Merkel akan melakukan pertemuan pada Selasa (19/1) dengan pimpinan 16 negara bagian untuk mendiskusikan diberlakukannya pembatasan lebih ketat. Kebijakan ini perlu diambil karena kasus di negara itu sudah mencapai 2 juta orang sejak pandemi melanda.
Tiga negara bagian di Italia, Lombardy, Sicilia, dan Tyrol Selatan akan kembali pada penguncian wilayah minggu depan.
Portugal yang memiliki populasi 10 juta orang juga masuk dalam penguncian wilayah baru. Namun kebijakan kali ini lebih longgar dibandingkan penguncian pertama, dengan sekolah, pengadilan, gereja, dan toko bunga diizinkan tetap buka. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link