JawaPos.com – Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) mengalami kerugian besar akibat mengoperasikan pesawat Bombardier CRJ 1000. Hal tersebut yang menjadi alasan Garuda mengembalikan 12 pesawat Bombardier ke Nordic Aviation Capital (NAC).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, perseroan merugi sebesar USD 30 juta per tahun. Padahal, pihaknya telah memanfaatkan pesawat tersebut kurang lebih 7 tahun. Sehingga, Garuda memutuskan untuk mengakhiri kontrak secara sepihak setelah tidak direspons mengenai negosiasi.
“Secara rata-rata kita mengalami kerugian penggunaan pesawat CRJ ini lebih dari USD 30 juta per tahun. Sementara sewa pesawatnya sendiri di angka USD 27 juta dolar,” kata Irfan dalam konferensi pers, Rabu (10/2).
Irfan mengungkapkan, dengan kontrak yang diakhiri pada 1 Februari 2021 lalu, maka ada anggaran yang dapat dihemat sampai USD 222 juta hingga akhir masa kontrak yakni di 2027 mendatang.
“Ini upaya kita menghilangkan atau minimal mengurangi kerugian daripada pesawat ini di Garuda,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Garuda bisa melakukan efisiensi dengan mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 dengan mengakhiri kontrak operating lease pada Nordic Aviation Capital (NAC) yang jatuh tempo pada 2027.
Menurutnya, Garuda merupakan salah satu maskapai yang mengeluarkan biaya besar untuk pesawat. Bahkan, Garuda adalah salah satu perusahaan penerbangan yang leasing-nya paling tinggi dunia, biaya leasingnya sebesar 27 persen. “Jadi efisiensi menjadi kunci, efisiensi di segala lini,” ujarnya.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link