JawaPos.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan akan memperbaiki kebijakan devisa hasil ekspor (DHE). Ini dilakukan untuk mengantisipasi perlambatan kinerja ekspor yang akan terjadi pada tahun 2023.
Airlangga juga menyebut pemerintah akan melakukan review terhadap jumlah devisa dan jangka waktu penyimpanan DHE di dalam negeri. Sehingga diharapkan kebijakan itu bisa menopang peningkatan ekspor dan surplus neraca dagang sejalan dengan peningkatan cadangan devisa (Cadev).
“Kita akan lakukan revisi, sehingga tentu kita berharap bahwa peningkatan ekspor dan surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan cadangan devisa,” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers di Istana Negara Jakarta, ditulis Senin (16/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, revisi ini dilakukan karena kondisi perekonomian global diprediksi masih dilanda ketidakpastian pada tahun 2023. Bahkan, sejumlah negara diproyeksikan masih akan menikmati pertumbuhan ekonomi yang positif.
Ketergantungan pada pasar ekspor yang relatif rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat (AS) memiliki resiliensi yang tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.
Menurutnya, harga komoditas yang tinggi di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia. Namun sejak pertengahan 2022 telah mengalami pelambatan dan kemudian menunjukkan penurunan di akhir 2022, termasuk 3 komoditas utama ekspor Indonesia yakni logam, CPO, dan batu bara.
“Beberapa komoditas utama perdagangan global lainnya seperti gas alam, minyak brent, dan gandum juga memperlihatkan tren penurunan. Kalau kita lihat beberapa negara yang manufakturnya ekspansif yaitu Jepang, Prancis, Meksiko, Indonesia, Brasil, India dan Arab Saudi, sehingga menunjukkan sektornya masih kuat,” jelasnya.
Meski begitu, kata Airlangga, hampir beberapa negara besar seperti Italia, Jerman, Korea PMI-nya di bawah 50 persen. Sehingga ini menunjukkan bahwa dunia masih dalam ketidakpastian.
Terkait itu, ekspansi komoditas ekspor diprediksi bakal menurun dari 3,5 persen menjadi 1 persen. “Kita juga melihat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan perdagangan yang tahun lalu ekspansinya 3,5 persen, maka di tahun ini diperkirakan hanya 1 persen,” ujarnya.
Sementara itu, hingga akhir 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 299,57 miliar atau tumbuh 29,40 persen secara tahunan atau Year-on-Year (YoY). Sedangkan sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen (YoY) atau sebesar USD 245,98 miliar.
“Kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY) dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen (YoY),” tandasnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link