JawaPos.com – Tidak ada yang meragukan kehebatan aktor dan praktisi bela diri Donnie Yen dalam urusan berlaga di depan layar kaca. Namun, harus diakui bahwa aktor yang baik belum tentu bisa menjadi sutradara yang baik pula.
Setidaknya, ini yang dialami Donnie Yen ketika ia menyutradarai sekaligus membintangi film berjudul Sakra.
Diadaptasi dari novel wuxia berjudul Demi-Gods and Semi-Devils katya Jin Yong, Donnie Yen berusaha menghadirkan film kung fu klasik dengan latar belakang era Dinasti Song yang, tentunya, dibubuhi adegan-adegan kung fu yang memukau.
Sayangnya, Donnie Yen lupa bahwa plot cerita yang runut adalah salah satu hal sederhana yang jadi fondasi kuat dari sebuah film. Alhasil, alih-alih menikmati film aksi yang mengasyikkan, penonton justru banyak dibuat bingung dengan penuturan cerita yang begitu memusingkan.
Donnie Yen berperan sebagai seorang pendekar bernama Qiao Feng, seorang anak yatim piatu yang tumbuh besar bersama Geng Pengemis, salah satu kelompok bela diri terbaik di daratan utara.
Qiao Feng yang begitu disegani dan dihormati oleh seluruh jago bela diri akhirnya berubah menjadi seorang pelarian yang hidup dalam pengasingan setelah ia difitnah membunuh gurunya sendiri. Qiao Feng bahkan nyaris dibunuh oleh Geng Pengemis yang pernah ia pimpin.
Tidak tinggal diam, Qiao Feng pun memberikan perlawanan balik kepada seluruh pihak yang berusaha mengincar nyawanya, sembari terus berusaha memecahkan siapa dalang yang memfitnahnya.
Dari premis, Sakra sebetulnya bisa dieksekusi dengan cara tradisional tanpa memasukkan terlalu banyak karakter dan elemen. Donnie Yen sepertinya ingin membuat film besutannya ini jadi berbeda dengan hal-hal yang ia tawarkan di dalamnya, namun hasilnya malah membuat cerita semakin berantakan dan tidak bisa dinikmati.
Berbagai hal yang menimpa Qiao Feng terkesan dieksekusi dengan amat buru-buru yang akhirnya membuat film ini banyak terdapat plot hole. Interaksi Qiao Feng dengan karakter lain pun tidak terbangun dengan kuat, sehingga penonton tidak bisa merasakan keintiman di dalamnya.
Beruntung, film ini tertolong dengan rangkaian adegan aksi kung fu yang amat menghibur. Mulai dari koreografi yang apik, sampai special effect yang disuguhkan, semuanya layak mendapat apresiasi. Sayang, hal ini seakan-akan jadi mubazir karena Sakra tidak ditopang oleh penuturan kisah yang baik.
Secara keseluruhan, tidak ada salahnya untuk mencoba menyaksikan Sakra. Bagi Anda yang mencari adegan aksi tanpa peduli dengan kualitas cerita, Sakra mungkin bisa jadi film yang menghibur. Namun, jika kekuatan cerita adalah hal yang penting, film ini tidak direkomendasikan untuk disaksikan.
Credit: Source link