“Untuk new model atau model change itu sekitar Rp2,5 trliun, dan kami ada line baterai baru, tidak semua line fit untuk unit tersebut. Itu yang kami selalu lakukan. Tidak hanya untuk line produksi, investasi itu juga kami tempatkan di sisi supplier (pemasok),” kata Presiden Direktur TMMIN Nandi Julyanto di Karawang, Senin.
Nandi menjelaskan bahwa total kapasitas produksi di Plant 1 dan 2 Karawang–yang juga memproduksi Innova, Fortuner, Vios, dan Sienta–adalah 257.000 per tahun. Sekarang kapasitas produksi terpakai baru 70-80 persen.
Oleh karena itu, masih ada ruang untuk menuju kapasitas penuh, meskipun untuk Yaris saat ini kapasitas produksinya di Plant 1 sudah mencapai sekitar 90 persen.
Baca juga: Menperin lepas ekspor perdana mobil hybrid Toyota
Jadi, menurut Nandi, untuk jangka pendek sampai dengan 2025, TMMIN belum akan menaikkan kapasitas produksi, yang ada memaksimalkan kapasitas produksi tersisa dan ini lebih condong ke efisiensi saja.
“Sementara untuk jangka panjang, rencana peningkatan kapasitas produksi pasti ada,” katanya di sela media tour produksi Yaris Cross di Plant 1 dan 2 TMMIN di Karawang.
Nandi melanjutkan bahwa investasi untuk elektrifikasi di Karawang itu merupakan bagian dari upaya membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Dalam membangun ekosistem itu, TMMIN selalu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Dengan Pertamina, misalnya, kita menerima para tenaga dari Pertamina untuk belajar mengenai kendaraan listrik. “Kerja sama ini selalu kita mulai dari people development ya, kalau people development sudah siap baru ke masalah produksi,” katanya.
Mengenai ekspor kendaraan listrik, Nandi mengatakan, peluang besarnya justru di hybrid, kalau BEV di Eropa dan Amerika misalnya itu produksi sendiri. Jadi, peluangnya besar di kawasan lain, misal Timur Tengah, dan Asia seperti Filipina.
Lokalisasi
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengatakan bahwa Toyota sudah hadir di Indonesia sejak lama dan selalu terus turut membangun ekosistem otomotif di sini.
Mengenai lokalisasi untuk komponen dan produksi kendaraan listrik, kata Bob, untuk memang sudah menjadi bagian rencana TMMIN ke depan karena kita ketahui bahwa masalah terbesar elektrifikasi adanya di supply chain (pasokan bahan baku dan komponen) yang sekarang hanya dikuasi beberapa negara.
“Jadi kalau kita nggak lokalisasi nanti supply chain nggak secure. Kita harus lokalisassi. Tapi, untuk lokalisasi itu ada economic scale-nya, misalnya untuk kapasitas 100.000 unit kita ada komponen yang kita lokalisasi,” katanya.
Toyota selalu menjalin kerja sama untuk pengembangan baterai ini, di Jepang ada dengan Panasonic, dan lain-lain. “Tapi bagaimana kita bisa meng-create market. Ini penting, dan market kita untuk kendaraan listrik ini sudah 6 persen,” jelas Bob.
“Kenapa kenaikan market kami cukup tajam, antara lain karena kita meluncurkan Innova Zenix dan Yaris Cross yang menggunakan mesin hybrid, selain juga ada model lain yang BEV,” jelas Bob.
Untuk di Indonesia, kata Bob, populasi kendaraan listrik masih didominasi hybrid, dengan komposisi 60 persen, sedangkan 40 persennya adalah BEV (Battery Electric Vehicle).
Baca juga: PIDI 4.0 akselerasi digitalisasi di sektor industri otomotif
Baca juga: Toyota Indonesia ekspor 139.581 ribu kendaraan Januari-Juni 2023
Baca juga: Presiden Direktur Toyota Warih Andang digantikan Nandi Julyanto
Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Credit: Source link