Rudal Hwasong-15 milik Korea Utara yang diduga digunakan dalam peluncuran uji coba terbaru pada Rabu, 29 November 2017 (KCNA / Reuters)
Washington – Janjin Kim Jong un akan melakukan denuklirisasi di Semanjung Korea tampaknya belum meyakinkan. Sejak mengatakan akan meninggalkan program nuklirnya di Singapura beberapa bulan lalu, justru intelijen beberepa kali memergoki pabrik nuklir negara itu.
Misalnya, baru-baru ini intelijen yang tidak ingin menyebukan namanya menemukan foto-foto mobil yang keluar masuk dari fasilitas di Snumdong, pabrik yang memproduksi dua rudal Hwasong-15.
Washington Post menyebukan, Korea Utara tampaknya membangun satu atau dua misil balistik antarbenua cair baru di fasilitas penelitian besar di pinggiran Pyongyang, mengutip pejabat yang tidak dikenal itu.
Menurut pejabat Amerika Serikat (AS), satu foto menunjukkan sebuah truk dan menutupi trailer yang mirip dengan yang digunakan Korea Utara untuk memindahkan ICBM-nya. Karena trailer tertutup, maka sulit diindetifikasi.
Penemuan ini merupakan terbaru yang mengungkap kegiatan di fasilitas nuklir dan rudal Korea Utara, meskipun telah melakukan pembicaraan dengan AS dan pertemuan puncak Juni antara pemimpin Kim Jong Un dan Donald Trump.
Trump megaskan bahwa nuklir Korea Utara sudah tak mengancam lagi. Kim Jong un berkomitmen dalam petemuan pernyataan puncak, bahwa negaranya sedang menuju denuklirisasi. Walaupun Pyongyang tidak merincian arti denuklirisasi. Sialnya lagi pertemuan kedua negara itu tidak berjalan lancar.
Menurut Reuters, ini bukan pertama kalinya intelijen AS bentrok dengan optimisme presiden.
Pada Juni, para pejabat AS mengatakan, lembaga intelijen yakin Korea Utara meningkatkan produksi bahan bakar untuk senjata nuklir dan bahwa Pyongyang tidak berniat untuk sepenuhnya menyerahkan persenjataan nuklirnya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS pekan lalu bahwa Korea Utara terus memproduksi bahan bakar untuk bom nuklir meskipun berjanji untuk denuklirisasi. Namun, ia bersikeras administrasi Trump masih membuat kemajuan dalam pembicaraannya dengan Pyongyang.
Joel Wit, mantan negosiator Departemen Luar Negeri dan pendiri 38 Utara, pemantauan Korea Utara, mengatakan tidak realistis mengharapkan Korea Utara menghentikan programnya, bahkan tinta itu kering pada kesepakatan.
Itulah yang terjadi dengan negosiasi AS dengan Uni Soviet selama Perang Dingin, dan baru-baru ini dengan Iran, “yang terus membangun lebih banyak sentrifugal yang mampu menghasilkan bahan nuklir bahkan ketika bernegosiasi dengan AS untuk membatasi kemampuan tersebut,” kata Wit
TAGS : rudal Amerika Serikat Korea Utara Iran
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/38575/Trump-Berselisih-dengan-Intelijen-soal-Rudal-Korut/