Salah satu permainan hasil karya siswa SPK Pribadi Billingual School Bandung di bidang kelistrikan (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com – Pada dasarnya, tujuan belajar tidak boleh dibatasi hanya sekadar untuk menghafal rumus dan teori yang diberikan oleh guru di depan kelas.
Lebih jauh dari itu, sekolah sejatinya menjadi rumah untuk menemukan bakat dan minat peserta didik, sebagai modal mereka menghadapi jenjang kehidupan selanjutnya.
Demikian menjadi acuan Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) Pribadi Billingual Boarding School, Bandung, Jawa Barat, sebagaimana dipaparkan oleh Kepala Sekolah SMP SPK Pribadi Billingual Boarding School, Muhammad Budiawan.
Budiawan menerangkan, sebagai contoh di lembaga pendidikannya, proses pembelajaran tidak lagi menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (teacher center).
Sebaliknya, para peserta didik dibiarkan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya melalui sumber apapun secara mandiri (student center).
“Mereka diberi tugas terlebih dahulu, entah mau akses lewat gadget atau buku, lalu dibahas bersama-sama dengan guru di kelas,” kata Budiawan di sela-sela kegiatan `Pribadi Festival 2019: Bersatu Menjadi Pribadi yang Berprestasi`, pada Sabtu (23/11).
Selain mengurangi intervensi guru di dalam kelas, lanjut Budiawan, di luar kelas para siswa juga didorong melakukan penelitian-penelitian sains, teruntuk mereka yang menyukai bidang tersebut.
“Proyek sains yang dikerjakan oleh siswa biasanya berangkat dari masalah yang ada di sekitar mereka, mulai dari soal kebakaran hutan, sampah, hingga pencemaran udara,” terang Budiawan.
Budiawan mengklaim program ini cukup berhasil. Para siswa menemukan sejumlah inovasi brilian, hanya dengan memanfaatkan benda-benda yang mudah ditemui di lingkungan sekitar.
Salah satunya, terang Budiawan, yakni cairan pemberantas jentik dan telur nyamuk dari kulit jengkol. Ramuan ini terbilang lebih efektif, ketimbang cairan abate yang umum digunakan oleh masyarakat.
“Jadi dari kulit jengkol yang selama ini menjadi sampah dan baunya menyengat, rupanya bisa disulap menjadi cairan pembasmi jentik nyamuk,” papar dia.
Selain penelitian tersebut, para siswa SPK Pribadi Billingual School Bandung juga menemukan inovasi unik lainnya, mulai dari alat pengonversi CO2 (karbon dioksida) menjadi O2 (oksigen) dengan alga, hingga penghancur limbah plastik dengan menggunakan ulat tertentu.
“Ternyata ulat itu bisa makan habis plastiknya, dan ulatnya tetap sehat,” urai dia.
Budiawan menambahkan, selain bidang sains dan matematika, pihaknya juga menyediakan ruang bagi anak-anak yang menyenangi seni dan budaya. Harapannya, dengan berbagai macam bidang tersebut, para siswa dapat menemukan bakatnya secara alami.
“Potensi anak itu tidak sama. Karena ada sembilan inteligensi (tipe kecerdasan) yang dimiliki oleh manusia,” ujar Budiawan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah SMA SPK Pribadi Billingual School Bandung, Rahmat Hidayat menyebut selain pengetahuan umum, para siswa juga dibekali pemahaman keagamaan.
Hal itu, kata dia, selain bertujuan mengenalkan siswa dengan pribadi panutan, juga untuk menangkal bibit radikalisme di lingkungan sekolah.
“Semua siswa ada guru agamanya masing-masing. Di asrama ada azan, dan setiap Minggu siswa Katolik dan Kristen ada pembina yang mengarahkan mereka ke gereja. Sebab mereka berasal dari seluruh Indonesia,” kata Rahmat.
Rahmat juga menekankan tiga pilar utama kepada para siswa, di mana ketiga pilar tersebut menjadi kunci agar para peserta didik tidak terjun dalam doktrin-doktrin kekerasan.
“Kami membangun tiga pilar, pertama Allah, kedua Bangsa, dan ketiga Perdamaian. Karena tiga pilar itu, maka otomatis jauh dari doktrin kekerasan,” papar dia.
Tak cuma ada perhatian khusus pada proses pembelajaran siswa, lanjut Rahmat, SPK Pribadi Billingual School Bandung juga memberikan penekanan pada mutu tenaga pendidik.
Rahmat menyampaikan, para guru di sekolah tersebut diwajibkan mengikuti pelatihan (in house training) setiap Sabtu, untuk mengetahui ilmu pendidikan terbaru.
“Konteksnya tentang metode mengajar, pedagogi ter-update. Kami undang pengawas sekolah untuk in house training tiap Sabtu. Akhir semester juga ada tes, untuk mengecek apakah kognitif mereka terupdate atau tidak,” ujar Rahmat.
“Termasuk juga bahasa asing. Kalau bahasa asing mereka sudah expired, harus diperbarui. Karena itu juga berpengaruh dengan pendapatan,” imbuh dia.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika mengatakan pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebagaimana keberadaan SPK Pribadi Billingual School Bandung, kata Dewi, pemerintah juga membutuhkan sekolah-sekolah swasta, mengingat terbatasan kantong anggaran.
“Ada 4.900-an sekolah SMA dan SMK se-Jawa Barat. Itu pun hanya 30 persen SMA yang berstatus negeri. Sedangkan SMK negeri cuma 9 persen,” ungkap Dewi.
“Karena itu, keberadaan masyarakat luar biasa telah berpartisipasi. Hanya saja tugas pemerintah bagaimana agar swasta dan negeri itu sama-sama punya mutu baik,” imbuh dia.
TAGS : Bakat Siswa Peserta Didik SPK Pribadi Bllingual School Pendidikan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/62822/Mendekatkan-Siswa-dengan-Bakat-Alaminya/