Jurnalis asal Bengkulu, Tangguh Sipria Riang
Jakarta, Jurnas.com – Jurnalis asal Bengkulu, Tangguh Sipria Riang, mencalonkan diri sebagai Calon “Duta Besar” (Dubes) asal Indonesia untuk Kutub Utara 2020.
Tentunya bukan menjadi duta besar sungguhan, sebab selain dubes ditunjuk presiden, Kutub Utara bukan nama negara, sehingga tak ada kedutaan besar RI untuk wilayah itu.
Adapun Tangguh berencana mewakili Indonesia di ajang ekspedisi internasional, Fjällraven Polar 2020.
“Jika terpilih, masa bakti saya di Kutub Utara akan dimulai sejak tanggal 30 Maret-5 April 2020. Selama tujuh hari di sana, saya akan ditugaskan untuk menjelajahi area Kutub menggunakan kereta salju sejauh 300 kilometer,” tulis Tangguh dalam akun media sosial Facebook, Tangguh San Realist, Rabu (4/12/2019).
Jika terpilih mewakili Indonesia di kutub utara nanti, Tangguh akan membawa lima misi, Pertama, misi kebangsaan. Menurutnya, selain mewakili jurnalis, ekspedisi ini juga sebagai duta bangsa untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia.
“Indonesia dikenal sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia. Meski demikian sangat toleran dan memberi kebebasan kepada minoritas. Untuk berkarya dan berprestasi hingga tingkat global,” katanya.
“Padahal di negara lain, minoritas Muslim belum tentu mendapat porsi yang sama. Itu saja orang luar belum banyak tahu,” sambungnya.
Selanjutnya, pada misi kedua, Tangguh akan mengusung misi lingkungan. Scriptwriter sekaligus content creator RanselPro.com itu akan mempublikasikan setiap kegiatan selama di Kutub Utara dalam bentuk reportase pemberitaan. Termasuk video dokumentasi dan penulisan buku.
“Tujuannya, supaya bisa mengajak masyarakat Indonesia sadar akan perubahan iklim di kutub utara. Seperti apa dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat secara nyata. Khususnya di Indonesia,” jelas wartawan yang gemar mendaki gunung itu.
Kemudian, ekonomi dan sosial akan menjadi misinya yang ketiga. Salah satu promotor kopi tradisional Bengkulu skala internasional itu akan membawa pengalaman dari Kutub Utara nanti untuk mengembangkan potensi eco-tourism di Indonesia. Dia menilai, wilayah tropis Indonesia jauh lebih layak diberdayakan sebagai eco-tourism.
“Kalau di Kutub saja bisa dijadikan ekspedisi, masa daerah tropis seperti Indonesia tidak bisa? Harusnya, ada banyak eco-tourism yang bisa diberdayakan,” ungkap pria yang baru saja pulang dari survei ekspedisi jalur sutera di China itu.
Misi keempat, Tangguh menekankan pentingnya sisi edukasi. Lulusan sastra Jepang tersebut mengajak generasi milenial agar lebih peduli cara merawat bumi. Mengingat dampaknya akan dirasakan anak cucu nanti, sekian tahun ke depan.
“ABG jaman now, ngerawat alis saja bisa kok. Apalagi ngerawat planet yang sudah uzur ini. Pasti bisa lah,” lanjut pria yang aktif di sejumlah kegiatan konservasi lingkungan sejak masih di Bengkulu.
Kelima, misi kemanusiaan. Selain bendera merah putih, Tangguh juga akan menyertakan bendera Palestina sebagai bentuk solidaritas, persaudaraan dan kemanusiaan.
“Sebetulnya ini simbolis aja. Setelah saya cek, ternyata tidak ada peserta asal Palestina yang daftar. Salah satu tujuan berdirinya negara ini kan untuk mendorong ketertiban dunia. Jadi wajar kan, jika Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Bukan cuma Indonesia aja, seluruh negara di dunia,” urainya.
Lalu, apa dasar penyematan istilah `dubes` dalam ekspedisi yang akan diikutinya tersebut?
Tangguh menjelaskan, bahwa istilah dubes tersebut diusulkan rekan-rekannya sesama jurnalis di Ibu Kota. Mengingat, dirinya akan menjadi perwakilan Indonesia di Kutub Utara. Sekaligus membawa beberapa misi penting baik eksternal mau pun internal.
“Kalau etimologi sebetulnya, tugas dubes itu kan sebagai perwakilan pemerintahan untuk mewakili kepentingan suatu negara di mana ia ditugaskan. Termasuk mewakilkan presiden dalam acara-acara kenegaraan di tempat tugas. Nah, tugas saya selama di Kutub nanti juga tidak jauh berbeda dengan itu. Ditambah lagi, kawan-kawan bilang, `Cocok nih jadi dubes`, tapi dubes Kutub Utara. Ya sudah, saya sih selow (santai). Oke, saya daftar, tapi bantu vote saya biar bisa jadi `dubes`,” pesannya ke sejumlah rekan-rekan media.
Sebagai informasi, diketahui, dalam ajang internasional ini, Tangguh akan bergabung dengan 24 `dubes` lainnya dari seluruh dunia. Mereka akan menjelajah Arktik dengan suhu terdingin minus 30 derajat celcius.
Tangguh berharap dukungan masyarakat Indonesia dapat menjadikannya salah satu `dubes` di ajang Fjallraven Polar 2020. Sehingga, itikad baik untuk menjalankan lima misi mulia sebagai dubes asal Indonesia dapat terealisasi.
Caranya, dengan memberikan voting melalui tautan https://tinyurl.com/votetangguh. Ia juga berharap voting untuknya terus masuk dan disebarkan sebanyak-banyaknya sebelum ditutup tanggal 12 Desember 2019 mendatang.
Adapun langkah untuk melakukan voting dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Buka tautan https://tinyurl.com/votetangguh
2. Klik “VOTE”
3. Login ke Facebook, lalu verifikasi, ikuti petunjuk
4. Muncul tulisan “Thanks for Voting”
5. Selamat, Anda dinyatakan telah memberikan voting.
TAGS : Fjällraven Polar Tangguh Sipria Riang Kutub Utara
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/63364/Berniat-Jadi-Dubes-Kutub-Utara-Tangguh-SR-Bawa-Lima-Misi/