JawaPos.com – CORE Indonesia memprediksi resesi sulit dihindari bila melihat perkembangan pemulihan ekonomi akibat Covid-19. Poyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III dan IV diprediksi masih akan terkontraksi, meski lebih dangkal dibanding Triwulan II.
“Kami memprediksi untuk 2020, pertumbuhan ekonomi mencapai -1,5 persen sampai -3 persen,” kata Direktur Eksekutif Mohammad Faisal, Sabtu (19/9).
Faisal mengatakan, sebaiknya jangan terlalu fokus pada definisi teknis resesi. Sebab, yang terpenting adalah bagaimana meredam dampak buruk terhadap perekonomian selama pandemi, dan mendorong percepatan pemulihan ke depan.
Ia menyebut, pada tahun 2021 mendatang, kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi tumbuh positif, namun seberapa cepat pemulihan ekonomi akan bergantung pada kecepatan penanggulangan wabah. “Semakin cepat, semakin cepat pula pemulihannya. Angka persisnya masih dalam kajian kita,” imbuhnya.
Sebagai catatan, gelombang kebangkrutan usaha dan peningkatan pengangguran harus dicegah dengan stimulus usaha dan bantuan sosial. Kemudian, target beneficiaries diperluas tapi dengan prioritas pada yang paling rentan: golongan miskin, usaha mikro, dan sektor informal. Terakhir, stimulus usaha dan bansos harus terus dipertahankan sampai kondisi ekonomi pulih setidaknya sampai 2021.
Selain itu, pihaknya memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III dan IV tetap akan kontraksi tetapi lebih dangkal. Hal ini didorong oleh surplus ekspor dan government spending. Sedangkan dua sumber pertumbuhan terbesar lain yakni konsumsi rumah tangga dan investasi karena masih terkontraksi. Makanya secara keseluruhan di Kuartal III dan IV tetap terkontraksi.
“Hanya saja, di kuartal III dan IV, kontraksi pada dua sumber pertumbuhan terbesar ini, terutama konsumsi, itu sudah lebih reda (ringan), walau tetap kontraksi,” tuturnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link