JawaPos.com – Sektor industri fashion tak luput dari dampak pandemi Covid-19. Begitu juga para perajin kain batik. Mereka harus tetap bertahan di tengah menurunnya kapasitas pembelian karena banyaknya kegiatan yang terbatas untuk meminimalisasi dari penularan virus Korona.
Cerita perjuangan para perajin batik diungkapkan oleh Desainer asal Solo, Jawa Tengah, Tuty Adib. Dia melihat betul nasib para perajin batik yang tetap berjuang di era pandemi.
“Memang tahun ini Hari Batik Nasional berat ya. Menjalaninya di tengah wabah Covid-19. Tentu berpengaruh besar pada para perajin batik,” katanya kepada JawaPos.com, Jumat (2/10).
Dia mencontohkan akibat pandemi memaksa semua aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah. Maka pembelian kain batik pun menurun.
“Biasanya orang aktif di luar lalu memakai batik, karena banyak WFH membuat pembelian berkurang,” kata desainer keluarga Presiden Joko Widodo itu.
Contoh lainnya, kata dia, batik biasa dijadikan oleh-oleh wisata. Namun karena banyaknya spot wisata yang tutup atau sepi selama pandemi, naka pembelian juga menurun.
“Sangat terpukul ya untuk batik di sektor wisata. Meskipun kini perlahan mulai bangkit,” jelasnya.
Meski begitu Tuty mengapresiasi perjuangan ulet para perajin batik. Mereka tak patah semangat untuk tetap berkarya. Salah satunya banyak membuat masker dari kain batik.
Dan untuk menjalankan kelangsungan usahanya, kata dia, para perajin sudah bisa beradaptasi menggunakan platform digital. Umumnya para perajin memasarkan lewat marketplace.
“Jikapun dijual secara offline, maka produksinya dikurangi. Tak terlalu banyak. Lebih memanfaatkan digital atau marketplace. Maka semangat tetap ada,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link