Alberthiene Endah dan Rutinitas sebagai Penulis

Alberthiene Endah dan Rutinitas sebagai Penulis

indopos.co.id – Menulis kegiatan paling mudah. Semua orang bisa melakukan. Seiring kemajuan teknologi, menulis tidak terbatas dengan media pensil dan kertas. Bisa melalui media virtual secara gratis. Sebut saja blog atau lainnya. Tinggal ngeklik, segala macam unekunek bisa dituangkan.

Bisa berselancar sesuai keinginan hati. Itu dilakukan Alberthiene Endah disela-sela waktu luang.  Perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat (Jabar), itu memiliki blog khusus untuk menumpahkan unek-uneknya. Tentu unek-unek itu, bukan curhat pribadi melainkan rekaman perjalanan sehari-hari.

”Di blog saya berkicau bersama teman-teman. Itu salah satu hiburan saya,” tutur Alberthiene Endah, di FX Plaza, belum lama ini.

Menulis bagi perempuan akrab dipanggil AE itu, bagian tidak terpisahkan dalam hidup. Sejak usia remaja, AE yang dibesarkan di Depok itu, telah jatuh hati pada bidang tersebut. Lalu, memutuskan menjadi seorang jurnalis saat duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP).

”Dan, jadilah aku sekarang,” beber AE lantas tertawa.

AE akrab dengan senyum dan sangat supel. Segala macam pembicaraan bisa dia tangkap dengan cepat. Maklum, dia pernah malang melintang sebagai wartawan pada sejumlah tabloit Ibu Kota. Berbekal pengalaman itu, AE menjadi seorang penulis dan novelis andal.

”Kalau nggak salah pada 1993 kali pertama saya bekerja di majalah hidup dan pindah ke Femina,” kenang alumnus Universitas Indonesia (UI) Jurusan Sastra Belanda itu.

Di tempat baru, kemampuan jurnalis AE makin terasah dan berkembang pesat. Apalagi, bisa bertemu dengan beragam tokoh terkenal. Baik nasional dan internasional. Misalnya, Jennifer Lopez, Xanana Gusmão, and Krisdayanti. Nama terakhir, kemudian meminta untuk menuliskan biografi tentang perjalanan hidup dan kariernya.

”Untuk fokus karier, saya memutuskan diri sebagai penulis lepas,” ungkap perempuan dengan ribuan follower dijagad twitter itu.

Banyak hal baru didapat kala menekuni profesi tersebut. Satu demi satu pengalaman terbaik para tokoh dijadikan referensi untuk memperkaya kemampuan dalam mengarungi kehidupan.

”Pengalaman terbaik itu ada di lingkungan sekitar, dan itu tidak ada dibangku sekolah mana pun,” terang penulis puluhan biografi tokoh hiburan dan politik itu.

Tidak disangkal, AE sempat menorehkan kemampuan dalam sebuah karya fiksi novel. Namun, menulis kisah atau keterangan kehidupan seseorang menjadikannya semakin dewasa. Akhirnya, setelah menelurkan aneka novel, ia putuskan menerjuni menulis kisah seorang dalam sebuah buku.

”Banyak banget yang saya pelajari dari para tokoh. Bahkan lebih banyak dari bangku sekolah. Semua orang menceritakan dengan lengkap dan saya bisa lebih tahu mereka dari orang yang bekerja,” ulasnya.

Menulis biografi bilang AE, tidak seperti menulis berita pada umumnya. Ia harus tahu jatung dari biografi. Itu penting supaya buku diramu layak untuk dibaca.

”Tantangan menulis biografi yaitu bagaiaman tokoh bercerita secara natural, tanpa ada tekanan, karena itu jantung biografi. Kalau kita pintar nanya terus di jawab mungkin semua oramg bisa, tetapi di sini bagaimana narasumber ini memiliki semangat,” ceritanya.

AE harus berjuang keras untuk menghasilkan tulisan berkualitas dan bisa dinikmati khalayak. Sebab, narasumber sebagai bahan buku, kadang tidak setiap hari bisa dijumpai.

”Ada yang gampang diwawancarai. Tetapi, ada sejumlah narsumber sulit dijumpai setiap saat. Namun, harus mengikuti jadwal dan itu risiko,” tegas perempuan yang sempat menulis biografi Ani Yudhoyono tersebut. ”Sukses terbentuk dari rajutan ketekunan dan keyakinan,” tukasnya.

 

Memeluk Mimpi Mendayung Harapan Nama

Meuthia Rizki Memeluk Mimpi Mendayung Harapan, salah satu buku besutan AE. Bagi sebagian orang, mungkin akan bertanyatanya apa maksud dan pengertian judul ini. Pada buku setebal 280 halaman itu, AE mencoba mengangkat figur Meuthia Rizki. Mulai titik nol, jatuh bangun hingga sukses meraih impian.

”Hidup tidak akan berhenti memproduksi persoalan. Itu fakta harus diresapi sebelum berpikir tentang kebahagiaan. Tak ada bahagia berdiri di atas kondisi serba sempurna. Bahagia bisa dibangun dari rasa syukur atas kondisi-kondisi susah dan senang. Ini yang dipelajari dari Meuthia dalam rangkaian hidupnya,” tegas AE.

Masa kecil Meuthia dipenuhi pengalaman pahit. Itu membuat AE memberanikan diri menulis kisah hidup ibu dua anak tersebut.

”Hidup itu meminta untuk belajar mengapresiasi atas apa yang ada di depan kita,” ucapnya.

Buku ini memetik pelajaran perjalanan Meuthia Rizki mengarungi masa-masa hidup didera ujian bertubi-tubi. Meuthia percaya selalu ada jalan keluar.

”Selalu ada peluang. Ada kesempatan baru untuk menyetir hidup ke alam yang lebih indah. Meuthia tahu cara bangkit meski sempat terhempas. Karena dia punya mimpi dan kini dia telah memeluk erat mimpi itu,” paparnya.

Bukan masalah pengungkapan seorang Meuthia yang patut dicermati, namun bagaimana Meuthia mampu memotivasi pembaca. Meuthia mampu menyimpan rapatrapat impiannya. Ia menghindar bahkan menyerah dengan keadaan yang dialami sepanjang hidupnya.

”Tak ada yang tak mungkin! Ini tercermin dari sosok Meuthia. Masa lalu suram, kehidupan berat, tidak membuat Meuthia patah semangat. Beragam kesulitan hidup, membuat Meuthia tumbuh menjadi pribadi berani dan sukses mengejar impian. Sebuah buku memberi energi. Energi untuk maju. Energi untuk bersahabat dengan kehidupan,” ucap AE.

 

Satukan Ilmu dan Rasa

Menulis butuh pengetahuan, kecakapan memahami sesuatu, penguasaan terhadap wawasan tertentu, dan kecerdasan dalam mengolah teori. Kala hendak meramu menjadi sebuah bacaan, fiksi, tentu harus memiliki sesuatu yang sangat berpengaruh.

”Pendalaman rasa. Itulah jembatan sangat prinsipil untuk memastikan kisah atau cerita yang akan disampaikan. Karena itu, akan mendarat dihati pembaca,” kata AE.

Bicara soal menulis fiksi, kata AE, hal tidak bisa dianggap remeh adalah trust bagi pembaca.

”Kisah harus bisa dipercaya. Kisah harus meyakinkan. Untuk itu, butuh pengetahuan. Meski tidak sedikit fiksi memainkan dengan kemampuan imajinasi,” bebernya.

Kehebatan berfantasi mengalahkan kebutuhan-kebutuhan akan tergelarnya informasi yang jelas asal-usulnya. AE mengambil contoh novel Harry Potter.

”Siapa yang akan membahas benarkah ada bubuk-bubuk ajaib yang bisa mencipta sensasi begitu rupa? Itulah kemenangan fiksi, kita bisa berfantasi apa saja. Namun, kembali ke topik yang kita bahas, kematangan kita memahami topik dan wawasan berkaitan dengan itu, akan sangat terlihat dalam tampilan cerita. J.K. Rowling pasti telah mengisi pikirannya dengan banyak wawasan mengenai fantasi ilmu sihir,” ucapnya. (ash)

Credit: Source link

Related Articles