Sejumlah warga mengamati Gunung Agung yang masih berstatus siaga dari Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali.
Jakarta – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) turun tangan menyikapi erupsi Gunung Agung di Karangasem Bali sejak Sabtu (22/9/2017) lalu. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mendirikan Posko Penyelamatan Ternak.
“Fakultas Peternakan UGM mendirikan Posko Penyelamatan Ternak bersama ISPI, FPPTI, AINI, Gapuspindo, dan Persepsi,” ungkap Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ali Agus, DAA, DEA dalam siaran persnya, Minggu (01/10/2017).
Gunung Agung sendiri dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas dan sudah sampai status “awas”. Pemerintah menetapkan daerah dibawah radius kurang dari 12 km sebagai kawasan rawan bencana (KRB) 1 dan 2 untuk di kosongkan. Diperkirakan sekitar 70 ribu penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian.
Menurut Ali, bencana alam adalah hal yang tidak pernah diharapkan. Namun jika masyarakat dihadapkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu upaya agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena itu, tegas Ali, Fapet UGM terlibat dalam pendirian posko pengungsian bagi ternak. Posko didirikan di desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
“Keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari keselamatan manusianya. Karena itu, Fapet UGM terpanggil untuk berperan melalui posko bersama,” ucap dia.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fapet UGM, Bambang Suwignyo mengungkapkan, para pengungsi adalah peternak yang rela mengambil risiko masuk kawasan rawan bencana (KRB) untuk tetap memantau dan memberi pakan ternak-ternaknya. Oleh karena itu, selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak.
“Di sisi lain, ada saja oknum yang memanfaatkan kesempatan membeli ternak penduduk dengan harga murah, hingga separuh harga normal,” terang Bambang dari Karangasem.
Di lapangan, Tim Fapet UGM berkoordinasi dengan pihak terkait. Seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Dinas Peternakan.
“Bahwa saat ini ada 40 titik lokasi ternak disiapkan. Sebanyak 3.000 ekor sapi sudah di evakuasi dari 20 riba ekor yang ada. Sedangkan jumlah pengungsi sudah mencapai 144 ribu orang dari perkiraan hanya 70 ribu,” kata Bambang.
Menurut Bambang, saat ini sumber pakan hijauan yang lebih diutamakan, karena masih sangat kurang. Pun demikian sudah ada beberapa donor yang bersedia membantu memberikan konsentrat relative.
“Walau so far, kita belum bisa memprediksi sampai berapa lama situasi darurat ini,” imbuh Bambang.
Selain bersiap dengan stok pakan konsentrat, posko bersama juga menawarkan program edukasi pengurangan risiko bencana. Menurut Bambang, pihaknya mengsulkan program membuat pakan fermentasi dengan melibatkan para pengungsi.
Membuat stock pakan fermentasi, kata Bambang, setidaknya akan mengurangi frekuensi peternaik naik ke KRB zona merah (0 sd 6 km) dan kuning (6 sd 12 km). Selain memberikan edukasi, pelibatan pengungsi juga dapat menjadi wahana interaksi dan mengurangi stress di pengungsian.
“Pakan fermentasi dapat disimpan dalam waktu lama dengan tidak rusak, sehingga dapat untuk antisipasi stock andai erupsi berlangsung lama,” tandas Bambang.
TAGS : UGM erupsi Gunung Agung Bali
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/22621/Erupsi-Gunung-Agung-UGM-Dirikan-Posko-Pengungsian-Ternak/