Sebuah panci berisi makanan terlihat di daerah Hazzeh di pinggiran timur Damaskus Ghouta, Suriah, 25 Oktober 2017 ( Reuters/ Bassam Khabieh)
Geneva – Warga Syria di daerah kantong Gharsa mengalami kekurangan bahan makanan, hingga mengkonsumsi sampah. Demikian disampaikan United Nations World Food Programme (WFP) dalam laporan pada Rabu (22/11) waktu setempat.
“Mereka mengkonsumsi makanan kadaluarsa, makanan ternak dan sampah, menghabiskan berhari-hari tanpa makan, mengemis dan bahkan melakukan “tindakan kriminal”. Banyak di antara anak kecil dan guru pingsang akibat malarat,” kata laporan tersebut dilansir Reuters, Kamis (23/11)
Sedikitnya empat orang meninggal karena kelaparan, termasuk seorang anak di Douma yang bunuh diri karena kelaparan, kata laporan tersebut, yang didasarkan pada survei telepon genggam dan informasi dari kontak di lapangan.
Pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad telah mengepung pemberontak Gouta Timur sejak 2012. Sejak itu Douma tidak memiliki bantuan pangan sejak menerima jatah tepung terigu pada Agustus.
Pekan lalu pertempuran menghancurkan ransum yang baru saja didistribusikan di gudang, memperparah kekurangan. Meskipun hanya berjarak 15 km (10 mil), ke Damaskus roti seberat 700 gram (25 ons) harganya 85 kali lebih mahal daripada di Ghouta Timur.
“Situasi ini akan semakin memburuk beberapa minggu mendatang, sebab persediaan makanan mereka diperkirakan akan habis total dan strategi penanganan rumah tangga akan sangat terkikis sebagai hasilnya,” katanya
WFP hanya bisa menyediakan sebagian kecil dari makanan yang dibutuhkan. Keranjang makanan keluarga dibagi di antara enam keluarga dan dilaporkan merupakan satu-satunya sumber makanan bagi banyak rumah tangga berkepala perempuan dan miskin, tambahnya
“Beberapa rumah tangga membuat jadwal makan, dimana anak-anak yang makan kemarin tidak akan makan hari ini dan sebaliknya,” jelasnya
Laporan tersebut mengutip seorang kepala keluarga perempuan di Douma yang mengatakan bahwa ia dipaksa menggilir jatah antara anak perempuannya yang berusia 13 tahun dan cucu yatim piatu berusia dua dan tiga tahun.
“Putri saya menangis setiap kali saya mengunci pintu rumah karena ia tahu hari ini bukan gilirannya dan akan tidur dengan perut kosong,” katanya.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/25190/Sedihnya-Warga-Syria-di-Gharsa-Memakan-Sampah/