Semangati Seseorang Ketika Bersedih, Jauhi 5 Toxic Positivity Ini

Semangati Seseorang Ketika Bersedih, Jauhi 5 Toxic Positivity Ini

JawaPos.com – Memberikan semangat dan mendengarkan ketika seseorang menghadapi masalah dan kesedihan, tentu akan bisa membantu. Asalkan ingat, jangan sampai salah bicara atau salah sikap yang terkesan meremehkan kesedihan mereka yang sedang mengungkapkannya kepada kita.

Psikolog dari aplikasi konseling Riliv, Prita Yulia Maharani mengatakan bahwa kata-kata semangat yang sama sekali tidak membantu ini disebut toxic positivity. “Kata-kata ini terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi,” ujarnya dalam acara Kita Kumpul Online oleh komunitas Narasi dengan Riliv baru-baru ini.

Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar tidak menumpuk,” jelasnya.

Menurutnya, tidak semua orang ingin diberi nasihat ketika sedang bersedih. Banyak yang hanya ingin didengarkan saja. Toxic positivity membuat orang takut berpikir negatif, takut bercerita pada orang lain, mengisolasi diri, dan meningkatkan risiko stres serta kecemasan. Berikut adalah 5 ‘semangat’ yang merupakan toxic positivity dan bisa kita coba hindari:

 

1. Masih ada yang lebih susah daripada kamu

Ungkapan ini membuat teman atau kerabat yang bercerita merasa dikecilkan masalahnya. Anda tidak mengetahui seberapa besar usaha atau pun perjuangan dia serta hal yang mungkin memperparah kondisinya.

Anda bisa menggantinya dengan ‘Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semuanya’.

 

2. Sudah, jangan terlalu dipikirkan

Saat seseorang berusaha bercerita ke Anda, itu artinya dia berusaha untuk menyingkirkan pikiran itu dengan membagikannya. Tidak masuk akal jika Anda menjawab seperti itu. Anda bisa mengapresiasinya dengan ‘Terima kasih sudah bercerita ya’.

 

3. Sudah, jangan sedih terus. Mellow banget

Tidak ada orang yang mau sedih, pun tidak ada yang mau disebut mellow. Mengatakan hal ini berarti menutup mata bahwa teman atau sahabat sedang mengalami masalah dan mempercayai kamu sebagai teman bercerita.

Kamu bisa berlatih mengatakan “Apa yang bisa kulakukan agar kamu bisa lebih tenang?”

 

4. Masih mending, kalau aku…

Kompetisi bisa terjadi di mana saja, termasuk siapa yang paling sengsara. Tidak heran jika kalimat ini bisa menjadi andalan saat seseorang bercerita kesedihannya untuk menunjukkan bahwa dia bukan yang paling sengsara.

Padahal, hal ini hanya membuat kesedihan menumpuk dan tidak divalidasi. Kesedihan bukanlah soal persaingan, dan orang yang sedang bercerita tidak ingin berkompetisi dengan siapapun. Anda bisa membalasnya dengan pelukan atau mengiyakan bahwa apa yang sedang mereka hadapi berat.

 

5. Kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini.

Kalimat ini sering muncul dengan niat membantu dan menguatkan, namun sadarkah Anda jika sebenarnya kalimat ini toxic positivity? Kata ‘enggak sulit ini’ berarti melihat dari kacamata Anda sendiri dan tidak mempertimbangkan kondisi orang itu. Bisa jadi dia tidak memiliki sumber daya seperti yang Anda miliki, serta pengalaman berbeda dari yang sudah Anda lalui.

Jika Anda ingin menyemangati, Anda bisa menggunakan kalimat ‘Aku percaya kamu bisa, jangan lupa istirahat. Yang penting sudah melakukan yang terbaik sesuai kamu, ya,”.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Marieska Harya Virdhani


Credit: Source link

Related Articles