SINGAPURA, BALIPOST.com – Setelah lebih dari setahun di bawah program percontohan untuk melonggarkan aturan pembatasan pergerakan, sekelompok pekerja migran mengunjungi daerah Little India di Singapura untuk merasakan kebebasan pertama mereka, pada Rabu (15/9).
Pembatasan pergerakan di Singapura itu diberlakukan untuk menghentikan lonjakan infeksi virus corona di asrama-asrama pekerja migran. Meski seluruh Singapura telah kembali ke kehidupan normal, para pekerja asing berupah rendah masih dibatasi pergerakannya dan diminta tetap berada di tempat tinggal mereka, selain untuk bekerja, rekreasi terdekat atau tugas penting.
Kunjungan pekerja migran ke Little India itu merupakan bagian dari program yang mengizinkan hingga 500 pekerja migran yang sudah divaksin lengkap untuk mengunjungi tempat-tempat umum tertentu selama enam jam setiap pekan. Namun, program itu masih akan di evaluasi setelah satu bulan.
Pusat keuangan Asia Tenggara itu pada April 2020 memberlakukan pembatasan pergerakan pada puluhan ribu pekerja migran, terutama yang berasal dari Asia Selatan, setelah asrama mereka yang seringkali sempit dan padat menjadi pusat wabah COVID-19 tahun lalu.
Program percontohan pelonggaran pembatasan itu hanya mencakup sebagian kecil dari populasi buruh migran yang besar. Mereka masih diharuskan menjalani tes cepat antigen COVID-19 sebelum dan sesudah kunjungan.
Bagi pekerja migran yang beruntung, program itu adalah kesempatan untuk menjelajahi tempat-tempat yang dulu sering mereka kunjungi. Setelah berdoa di salah satu kuil di daerah Little India, Ayyavu Ponnaiah mengatakan dia berencana untuk berbelanja selama beberapa jam. “Saya sangat senang,” katanya.
Pekerja migran lainnya dari India, Vairavan Karuppaiah, yang bekerja di bidang konstruksi, berencana mengunjungi pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru. Kementerian tenaga kerja Singapura memulai program tersebut setelah lebih dari 90 persen pekerja migran yang tinggal di asrama-asrama menjalani vaksinasi. Angka itu di atas tingkat vaksinasi keseluruhan Singapura yang mencapai sekitar 81 persen, salah satu angka tertinggi di dunia. (Kmb/Balipost)
Credit: Source link