JawaPos.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut lonjakan harga minyak goreng yang sempat terjadi beberapa waktu lalu hingga menyentuh di atas Rp 20.000 per liter dipengaruhi oleh permintaan komoditas kelapa sawit dunia. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berpendapat, lonjakan permintaan kelapa sawit tersebut lantaran Indonesia menjadi salah satu produsen besar kelapa sawit. Apalagi, Indonesia telah meluncurkan B30 alias biodiesel yang merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati untuk kendaraan.
Menurutnya, selama sebelum memproduksi B30, harga minyak goreng cenderung mendatar. Namun, setelah B30 digunakan sebagai alternatif energi, harga komoditas minyak kelapa sawit langsung bergerak liar.
“Yang membuat tinggi, RI sebagai penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Kita bikin namanya B30, harganya loncat,” kata Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (31/1).
Meski demikian, dengan kebijakan kenaikan harga sawit ini Indonesia tetap diuntungkan. Sebab, produk kelapa sawit menjadi ekspor terbesar kedua bagi Indonesia setelah batu bara. Dengan naiknya harga komoditas tersebut berdampak baik pada para petani yang juga meraup untung.
“Ekspor CPO kita 2021 itu USD 32,83 miliar, secara agregat ekonomi bagus sekali,” ungkapnya.
Namun, kata Lutfi, pemerintah juga sudah melakukan intervensi stabilisasi minyak goreng dilakukan secara bertahap untuk menjaga harga pasar tidak menyebabkan kekacauan di pasar. “Maka kalau mau tindakan kita itu pelan-pelan. Kami coba intervensi pasar sedemikian rupa supaya nggak kacaukan harga,” ucapnya.
Hal yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk membantu menurunkan harga dengan menggelontorkan sebanyak 11 juta liter minyak goreng seharga Rp 14.000 per liter untuk kemasan sederhana.
Editor : Edy Pramana
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link