JawaPos.com–Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau pemerintah daerah mengoptimalkan penyimpanan air jelang musim kemarau.
”Pemerintah daerah mohon dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air sebelum memasuki puncak musim kemarau, yang diprediksi Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia,” ujar Dwikorita seperti dilansir dari Antara di Jakarta, Jumat (18/3).
Dwikorita meminta seluruh pihak untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih awal dibandingkan normalnya. Yakni kurang lebih sebanyak 26 persen zona musim (ZOM) di sebagian Sumatera sebagian Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Bali, sebagian besar Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua bagian timur.
Terutama menurut dia, adanya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya sebanyak 12 persen ZOM. Yakni di Sumatera Utara bagian utara sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, sebagian Jawa timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, dan Maluku.
”Kementerian, lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat, dimohon untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan, dan lahan dan ketersediaan air bersih,” papar Dwikorita.
Penyimpanan air diharapkan dapat ditampung untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. Dwikorita juga memperingatkan akan potensi bencana hidrometeorologi akibat adanya peralihan musim hujan ke musim kemarau, atau pancaroba.
”Satu hal lagi saat ini, kita memasuki musim pancaroba. Sebagian ada yang sudah kemarau, tapi juga masih ada yang mundur. Ini merupakan transisi dari musim hujan ke kemarau, sering diwarnai kejadian angin kencang dan masih ada hujan lebat dalam durasi singkat, dapat disertai kilat petir,” ucap Dwikorita.
Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Reporter : Antara
Credit: Source link