DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster memaparkan konsep Ekonomi Kerthi Bali dalam Orasi ilmiah di Upacara Wisuda Lulusan Periode II Tahun Akademik 2021/2022 Universitas Terbuka (UT) di Gedung UTCC, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/8) pagi. “Konsep ini merupakan suatu warisan adiluhung leluhur kami sejak ribuan tahun, sejak Bali ini diciptakan,” ujar Gubernur Koster di hadapan jajaran senat dan lebih dari 1.700 wisudawan Universitas Terbuka yang hadir secara luring dan 60 ribu lainnya hadir secara daring.
Kehadiran Konsep Ekonomi Kerthi Bali tersebut, menurut Gubernur Koster juga menjadi jawaban atas upaya dalam menyeimbangkan perekonomian Bali yang selama ini masih lebih banyak bergantung pada sektor pariwisata. Selain itu, juga untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali diperlukan suatu konsep ekonomi yang komprehensif. “Ada kelebihan dan kekurangan dalam hal in, karena jika kodisi normal maka pertumbuhan ekonomi Bali selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Namun jika terkena gangguan, seperti pandemi COVID-19 maka pariwisata berhenti total,” ungkap Gubernur asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng ini.
Gubernur Koster yang tampil dengan pakaian adat Bali, menjelaskan bahwa ekonomi di Bali sempat mengalami kontraksi hingga -9,31 persen pada tahun 2020 lalu dan angka ini menjadi yang terendah di Indonesia sekaligus yang terburuk dalam sejarah Provinsi Bali. “Karena itu saya berkerja keras bersama jajaran untuk menangani pandemi COVID-19 dan kini situasinya sudah stabil. Pertumbuhan ekonomi juga mulai membaik dengan mencapai angka 1,4 persen pada triwulan pertama 2022 dan triwulan kedua sudah mencapai 3,04 persen,” tandasnya.
Hal ini dijelaskan Gubernur Koster merupakan hasil dari kencangnya program vaksinasi di Bali. Untuk dosis pertama sudha mencapai 106 persen, dosis kedua hingga 97 persen dan untuk vaksin booster/dosis ketiga sudah di atas 80 persen.
Karenanya, tingkat kedatangan wisatawan asing dan domestik pun terus menanjak seiring dengan makin stabilnya angka kasus dan makin banyaknya rute penerbangan internasional yang dibuka ke Pulau Dewata. “Sudah ada 9.000-an wisman yang datang ke Bali tiap harinya. Ini sudah 50 persen lebih dari angka sebelum pandemi. Ini merupakan pencapaian karena lebih tinggi dari target kami yang memperkirakan baru akan mencapai 50 persen pada September mendatang. Tentu kami akan terus bekerja keras, apalagi Bali akan jadi tuan rumah KTT G20 pada November mendatang,” cetus Alumnus ITB Bandung ini.
Kembali ke Ekonomi Kerthi Bali, pria yang pernah menjadi anggota DPR RI 3 periode ini menlanjutkan bahwa Ekonomi Kerthi Bali adalah ekonomi untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11 prinsip. Yaitu, ekonomi yang dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal alam Bali beserta isinya sebagai anugerah dari Hyang Pencipta.
Ekonomi yang dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal Alam Bali beserta isinya. Ekonomi yang dikembangkan oleh Krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif.
Ekonomi yang dikembangkan berbasis nilai-nilai adat, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali. Dan ekonomi yang dikembangkan dengan menjaga ekosistem alam dan budaya secara berkelanjutan.
Lalu terdapat pula ekonomi yang dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing. Ekonomi yang dikembangkan dengan mengakomodasi penerapan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknologi digital. Ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan krama Bali secara niskala-sakala. Ekonomi yang dibangun dengan asas gotong-royong. Ekonomi yang dibangun untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global. Serta ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai krama Bali.
Menurut Gubernur Koster, belajar dari pengalaman dalam berbagai kejadian terutama pandemi COVID-19 yang melanda Indoensia bahkan dunia, maka sudah waktunya Bali mengembangkan perekonomian yang tidak lagi menggantungkan pada satu kantung, yaitu sektor pariwisata. “Bali harus mengambil pilihan mengembangkan perekonomian yang bersumber dari keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi alam, manusia, dan kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat,” tegasnya.
Selain itu, pengembangan perekonomian Bali juga hendaknya mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan digital sesuai dengan potensi.
Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini juag mengatakan sektor pariwisata nantinya akan diposisikan sebagai sumber tambahan atau “bonus” pada sumber-sumber perekonomian Bali. Bahkan sektor pariwisata harus berperan menghidupi atau memberi manfaat untuk bergeraknya sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat. “Sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali,” katanya.
“Kami juga sekarang tidak mentolerir pariwisata murahan, yang merusak, yang tidak menghormati adat budaya tradisi dan kearifan lokal Bali serta negara Indoensia secara umum,” katanya menegaskan.
Dalam hubungan tersebut, diperlukan arah kebijakan, pendekatan, dan prinsip untuk menata serta mengembangkan perekonomian Bali dengan struktur dan fundamental yang ramah lingkungan, berbasis pada sumber daya lokal Bali, lebih berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, tangguh, dan berkelanjutan. Menata ekonomi boleh untuk bertumbuh setinggi-tingginya namun tidak boleh merusak ekosistem, alam dan sekitarnya.
Harus menjaga keorisinalannya, melindungi keanekaragaman hayatinya dan berujung pada peningkatan kualitas hidup manusianya. Gubernur kemudian menjelaskan, upaya menjadikan Bali sebagai pulau organik untuk menjamin kualitas dan kesehatan pangan bagi seluruh masyarakat dan wisatawan.
Sebagai komitmennya, Gubernur menyebut dari total 70 ribu hektare areal persawahan di Bali, sampai saat ini sudah 29.800-an hektare yang menerapkan pertanian organik. Lalu, untuk kawasan perkebunan dari 200 ribuan hektare sudah ada 154 ribuan hektare yang organik. “Jadi kami prioritaskan lagi tahun depan dan pada 2024 akan seluruhnya menggunakan sistem pertanian organik,” ungkapnya.
Selain itu dijabarkan Gubernur Koster, digenjot pula industri branding Bali dari hulu sampai ke hilir, ekonomi kreatif berbasis budaya branding Bali serta ekonomi digital. Pembangunan dan pengembangan perekonomian tersebut dilakukan sesuai dengan potensi kabupaten dan kota dalam rangka menyeimbangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi antar wilayah se-Bali.
Dalam mencapai hal tersebut, Ekonomi Kerthi Bali dijelaskan pula memiliki 6 sektor unggulan sebagai pilar perekonomian Bali. Diantaranya, sektor pertanian dalam arti luas termasuk leternakan dan perkebunan dengan Sistem Pertanian Organik, Sektor Kelautan dan Perikanan, Sektor Industri, meliputi industri manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali, Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi., Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital, sertaSektor Pariwisata, yaitu: pariwisata berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat.
“Sektor Unggulan ini akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap alam, ramah lingkungan, menjaga kearifan lokal, berbasis sumber daya lokal, berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, tangguh, dan berkelanjutan,” tegasnya.
Konsep pembangunan Ekonomi Kerthi Bali dijelaskan pula oleh pria yang juga dikenal sebagai akademisi ini telah dipakai sebagai acuan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam menyusun program Transformasi Ekonomi Bali dalam bentuk dokumen Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru: hijau, tangguh, dan sejahtera. “Peta Jalan Transformasi Ekonomi Bali telah diluncurkan oleh Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo pada tanggal 3 Desember 2021,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat mengucapkan terima kasihnya kepada Gubernur Koster yang telah bersedia memberikan orasi ilmiah pada 1700-an wisudawan yang hadir langsung serta puluhan ribu lain yang mengikuti secara daring. “Saya melihat Bapak Gubernur Bali ini luar biasa, punya DNA sebagai pendidik, turut dibesarkan dan membesarkan pendidik ditambah selama tiga periode di DPR RI menangani masalah pendidikan,” kata Ojat.
Selama menjadi anggota DPR RI, Ojat juga menyampaikan bagaimana peran besar GubernurKoster dalam menyusun kebijakan dan melakukan diskusi secara intens dengan pihak UT, sehingga kini UT bisa menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka di tanah air dengan hampir 500 ribu mahasiswa aktif di seluruh Indonesia. “Kami juga senang sekali bapak Gubernur bersedia melakukan MoU dengan UT untuk bersama-sama makin berpartisipasi dalam menangani pendidikan,” katanya.
Selain dengan Pemprov Bali, MoU tersebut juga dilaksanakan bersama Pemprov Kalimantan Timur, Pemkot Tangsel, Banten, dan Pemkot Tebing tinggi, Sumatera Utara. (kmb/balipost)
Credit: Source link