Momen bersama buah hati memang sayang untuk dilewatkan. Namun, hal itu bukan alasan untuk sibuk mendokumentasikan setiap kegiatan anak. Apalagi saat si kecil bermain. Jangan hanya menemani, luangkan waktu untuk melibatkan diri secara penuh. Anak akan merasa dicintai dan ikatan yang terjalin semakin erat.
—
BERMAIN memang dunia anak-anak. Mereka akan tetap bermain sekalipun sendirian. Terkadang membiarkan anak asyik dengan kesibukannya juga diperlukan untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Meski demikian, peran orang tua dalam mendampingi dan terlibat langsung sangatlah penting.
”Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat bermain meskipun tidak harus benar-benar ada di samping anak setiap waktu,” ungkap Qurrota A’yuni Fitriana MPsi Psikolog.
Mendampingi saja tidak cukup. Ortu perlu mencurahkan seluruh perhatiannya. Anak akan merasa dihargai, dicintai, dan diterima sepenuhnya ketika ortu mau bermain dengannya.
”Luangkan waktu beberapa menit untuk benar-benar mendengarkan, menatap mata anak, dan memberikan sentuhan fisik yang bisa membuat anak nyaman berinteraksi dengan orang tuanya,” tuturnya.
Jika hal itu kurang didapatkan, lanjut dia, anak akan merasa tidak dihargai. Muncul perasaan ditolak sehingga memicu rasa marah, menangis, dan perilaku-perilaku lain sebagai bentuk emosi yang dirasakannya.
”Orang tua yang menemani anak bermain tapi lebih sibuk dengan aktivitasnya seperti merekam itu kan ada dua hal yang dilakukan. Jadi, perlu disadari bahwa aktivitas utama yang dilakukan adalah bermain. Ortu perlu fokus ke salah satunya,” imbuh Qurrota A’yuni.
Dosen psikologi Universitas Negeri Surabaya itu menyebut bermain memiliki banyak manfaat bagi anak. Mulai melatih kemampuan fisik, sosial, daya pikir, hingga membangun bonding antara orang tua dan anak.
Orang tua yang terlibat aktif dalam proses bermain dengan anak dapat menciptakan memori yang bisa diingat anak hingga dewasa. Pengalaman positif tersebut bisa berdampak pada perkembangan anak di masa mendatang.
’’Permainan yang dilakukan bisa sangat beragam, perlu dicoba mana yang disukai dan kurang disukai anak sehingga dia bisa mengeksplorasi dunia yang ada di sekitarnya dengan pendampingan ortu,” jelasnya.
Ortu bisa mencoba bermain peran untuk masuk ke dunia anak yang penuh imajinasi. Mereka akan senang jika ada sosok yang relate dengan realitas yang mereka hadapi. Bercerita atau storytelling juga bisa jadi alternatif. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dengan keberadaan orang tua yang bisa memahami dunianya.
”Misal, mereka senang dengan fairytale. Maka, dia membayangkan ada sosok putri dan pangeran. Orang tua bisa bermain peran menjadi sosok-sosok yang ada di dalam fairytale tersebut. Atau, storytelling dengan menirukan suara dan mimik muka sesuai tokoh di dalamnya,” imbuhnya.
Sebagai seorang ibu, Asti Lukita paham betul seberapa besar perannya bagi tumbuh kembang putra kembarnya. Semua yang berkaitan dengan si kecil dia handle sendiri sejak lahir. Termasuk menemani mereka bermain. Jika sedang bekerja, dia akan bergantian tugas dengan suami untuk mendampingi sang buah hati.
”Hampir 24 jam saya bersama anak. Untuk melibatkan diri bermain bersama, saya selalu ada di setiap kegiatan mereka. Kebetulan saya juga bukan content addict yang apa-apa direkam dan di-upload. Kalau mau merekam, saya tipe yang sekali rekam. Jadi, tidak memakan waktu banyak,” ungkap presenter Jawa Pos TV itu.
Terbiasa menghabiskan waktu bersama membuat Asti dan kedua anak kembarnya kompak. Mereka biasanya memainkan permainan yang sama seperti basket, sepak bola, dan storytelling. Saat quality time bersama pun seluruh perhatian terfokus pada dua jagoannya.
”Menjelang tidur, biasanya saya, anak-anak, dan papanya selalu berkumpul bersama satu kamar. No gadget. Kita main dan menemani anak-anak sampai tertidur,” lanjutnya.
DO’S AND DON’TS SAAT MAIN BARENG SI KECIL
DO’S
– Berikan perhatian penuh
– Respons anak dengan sepenuh hati
– Hindari distraksi
– Ajak anak berpikir kreatif dan menyampaikan pendapatnya
– Gunakan permainan yang aman sesuai usia anak
DON’TS
– Melakukan kegiatan multitasking
– Fokus merekam kegiatan anak
– Mengabaikan anak
– Memberikan waktu tanpa batasan sehingga anak lupa dengan kegiatan yang lain
– Menolak terlibat dalam permainan
Credit: Source link