JawaPos.com – Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan menyusun kurikulum pelatihan berbasis MOOC (Massive Open Online Course). Penyusunan kurikulum dan silabus ini melibatkan para kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang bidang kesiswaan, kurikulum/akademik, humas, dan widyaiswara.
Kegiatan ini berlangsung di Bogor, mulai 13 sampai 16 September 2022. Kepala Pusdiklat Teknis Imam Safe’i berharap MOOC ini dapat menjawab tantangan serta kebutuhan pelatihan di masa depan.
“Kita harus segera meninggalkan cara berpikir reaktif, dan saatnya berpikir pro aktif. Karena reaktif hanya menyelesaikan kebutuhan sesaat, sementara pro aktif akan menjawab kebutuhan yang panjang di masa-masa yang akan datang,” kata Imam, Sabtu (17/9).
Imam meminta, semua yang terlibat dalam penyusunan kurikulum agar bisa memprediksi hal-hal yang akan terjadi pada masa-masa mendatang.
“Kita harus bisa membaca kebutuhan pelatihan jauh ke depan, karena dengan begitu, pelatihan-pelatihan yang kita selenggarakan relevan dengan kebutuhan mereka,” pintanya.
Menurutnya, pelatihan pro aktif menjawab kebutuhan masyarakat semakin dibutuhkan. Karena sekaligus juga bisa menjawab gap kompetensi antara yang mengajar dengan yang diajar.
“Harus benar-benar disiapkan kurikulum dan silabus pelatihan yang pro aktif dan matang, karena yang mengajar semakin tua, yang diajar semakin muda. Lalu yang terjadi adalah gap kompetensi yang semakin lebar. Gap kompetensi inilah yang hrus diatasi, dan kurikulum serta silabus yang baik akan membantu menutup gap tersebut,” tambahnya.
Oleh karena itu, Imam mengingatkan pentingnya Pusdiklat menjadi center academic recharging. “Pusdiklat harus menjadi pusat mengembangkan SDM Kementerian Agama. Tapi pengajarnya juga harus terus menerus belajar. Ibarat power bank, antara di-charge dan untuk nge-charge harus imbang. Kalau untuk nge-charge terus tanpa pernah di-charge, isinya kosong, peserta pelatihan tidak dapat apa-apa,” pungkas Imam.
Editor : Edy Pramana
Reporter : Sabik Aji Taufan
Credit: Source link