JawaPos.com – Komnas HAM menilai pembelaan pihak keamanan tidak masuk akal. Bahwa tembakan gas air mata ke arah tribun dan tendangan kungfu dilakukan karena suporter dianggap bakal menyerang pemain Arema FC.
Komisioner Komnas HAM Bidang Penyelidikan dan Pemantauan Mohammad Choirul Anam mengatakan, pihaknya sudah bertemu dengan beberapa pihak. Mulai suporter (Aremania) hingga para pemain Arema FC. ’’Kami cek ke suporter, mereka tidak berniat menyerang. Saat kami kroscek ke pemain, mereka membenarkan. Mereka bilang kalau suporter ingin memberi semangat,’’ ungkap Anam kemarin.
Dipastikan, tidak ada unsur kekerasan yang dilakukan suporter kepada pemain Singo Edan, julukan Arema FC. ’’Kalau memang suporter waktu itu anarkis, pasti (wajah pemain) sudah bengep-bengep (bengkak, Red),’’ tutur Anam.
Dari hasil investigasi Komnas HAM, kondisi masih terkendali setelah peluit panjang ditiupkan. Suporter yang turun sempat dipukul mundur. Kondisi pun mulai mereda. ’’Pertanyaannya, kenapa tetap ada penembakan gas air mata? Tindakan itu membuat semua suporter panik. Itu adalah problem serius,’’ jelas pria asli Malang tersebut.
Dia mengutuk keras keputusan itu. Kasus tersebut tidak cukup dengan mencopot Kapolres. ’’Sebab, ini ada indikasi pelanggaran hukum,’’ tegasnya.
Pihaknya bersama masyarakat Malang menunggu adanya penetapan tersangka terkait tragedi Kanjuruhan. ’’Bukti sudah banyak. Saksi yang mau ngomong juga banyak. Korban juga banyak. Penyebab kematian yang kasatmata seharusnya mempercepat proses hukum,’’ papar Anam.
Komnas HAM juga berharap bisa segera melakukan pemeriksaan kepada TNI dan polisi. Anam ingin semuanya berkolaborasi. ’’Semua bukti keterangan akan kami minta. Kami berharap teman-teman TNI dan kepolisian terbuka untuk memberikan keterangan kepada kami. Aremania sejauh ini kooperatif, jadi semua cepat selesai. Kami harap TNI dan polisi juga begitu,’’ katanya.
Senada, Aremania ingin ada pihak yang bertanggung jawab atas insiden Sabtu malam itu. ’’Saya sempat dengar kalau RI-1 (presiden, Red) meminta insiden ini diusut tuntas. Kalau begitu, semua harus konsekuen. Harus ada aparat yang diproses hukum,’’ tegas Ahmad Ghozali, koordinator Aremania, kepada Jawa Pos.
’’Sebelum tujuh hari peringatan tragedi, kami ingin sudah ada tersangka. Selama ini kami memang diam karena masih berkabung. Tapi, bukan berarti kami tidak mencari keadilan,’’ sambungnya.
Aksi represif pihak keamanan setelah pertandingan Arema FC versus Persebaya itu membuat Aremania membuka posko pendampingan bantuan hukum. Tepatnya di depan Stasiun Baru Kota Malang. ’’Dalam dua hari, kami menerima 11 laporan. Rata-rata aduan yang kami terima hampir sama,’’ ujar Danny Agung Prasetyo, koordinator posko pendampingan hukum Aremania.
Mayoritas laporan adalah pemukulan oleh oknum petugas keamanan. ’’Mereka ini jadi korban kekerasan pihak keamanan. Mereka tidak terima, tapi bingung mau lapor ke mana. Mereka minta kepastian hukum,’’ jelas Danny.
Karena itu, pihaknya tidak berjalan sendirian. ’’Kami sudah menggandeng beberapa advokat yang siap membantu masalah ini. Akan ada kajian hukum sebelum kami melangkah lebih jauh,’’ imbuh Danny.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : edi/gus/idr/syn/wan/mia/c6/c18/c7/fal
Credit: Source link